Peranan Tuhan dalam Pengambilan Keputusan

Entah kita sadar atau tidak, bisa menerima atau tidak, sebenarnya kehidupan yang kita jalani saat ini merupakan hasil dari keputusan atau rangkaian keputusan yang pernah kita ambil di masa lalu. Mungkin itu hasil keputusan satu atau dua hari yang lalu, satu atau dua bulan yang lalu, satu atau dua tahun yang lalu, sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Jika kita mengeluh mengapa hidup kita seperti ini? Mengapa kita sekarang mengalami saat yang tidak menyenangkan ini? Sebenarnya kita harus menyadari bahwa yang kita alami mungkin merupakan hasil kekeliruan yang terjadi di masa lalu – bukan di sini dan saat ini - sewaktu kita mengambil suatu keputusan.

Sayangnya, kita tidak bisa kembali ke masa lalu itu untuk memperbaiki semua keputusan keliru yang pernah kita ambil. Dengan berlalunya waktu, penyesalan karena masa lalu merupakan hal yang tidak bisa kita hindari. Tetapi masih ada yang bisa kita lakukan di sini dan sekarang, yaitu kita harus bertindak hati-hati karena kita masih memiliki masa depan. Pertimbangan baik-baik bahwa keputusan yang kita ambil saat ini akan mempengaruhi kehidupan di masa depan kita.

Bacaan dalam Yosua 9:3-21 berbicara tentang pengambilan keputusan oleh bangsa Israel yang ternyata keliru. Kita bersyukur karena Alkitab dengan jujur menggambarkan dinamika di dalam kehidupan anak Tuhan. Tidak hanya ada berkat dan kemenangan saja, tetapi ada juga kegagalan, kesalahan dan kekeliruan dalam mengambil keputusan. Kita dihadapkan bukan dengan teladan umat Israel yang sempurna saja, tetapi contoh umat Israel yang juga pernah jatuh. Umat Israel juga penuh dengan kelemahan sama seperti kita. Dengan demikian kita bisa bercermin dan belajar sesuatu dari pengalaman mereka.

Menurut perspektif saya, ada 2 hal yang bisa kita perhatikan dalam Yosua 9:3-21. Pertama, bagian ini menunjukkan bahwa sebagai umat-Nya, kita terpanggil untuk melibatkan Tuhan di dalam setiap pengambilan keputusan yang kita lakukan. Ayat ke 14 dengan jelas menyebutkan kesalahan orang Israel. Mereka tidak dikatakan kurang cermat, kurang hebat atau cara berinvestigasinya kurang tepat; tetapi dengan tegas dikatakan, "Lalu orang-orang Isarel mengambil bekal orang-orang itu tetapi tidak mengambil keputusan Tuhan" Kesalahan mereka jelas, yaitu tidak melibatkan Tuhan di dalam pengambilan keputusan. Apa yang mereka lakukan hanyalah berdasarkan apa yang mereka lihat, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka analisis. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan itu bisa diandalkan, karenanya mereka melakukannya dengan mengabaikan Tuhan. Mereka mengambil keputusan semata-mata dan mutlak berdasarkan apa yang logis, rasional dan masuk akal. Rasio, pikiran dan kemampuan kita ada batasnya karena diri kita ini memang terbatas. Oleh karena itu berhati-hatilah kalau secara mutlak kita mengandalkan diri kepada rasio dan pengalaman. Hati-hati ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan kita; hal-hal yang tidak kita pikirkan tetapi sebenarnya sedang terjadi.

Perhatikan kata "mutlak" yang saya pakai; saya tidak hendak mengatakan bahwa rasio dan pikiran tidak bagus digunakan, tetapi yang hendak saya katakan adalah bahwa kemampuan rasio dan pikiran kita terbatas sehingga kita tidak boleh bersandar "mutlak" kepadanya. Apabila kita sadar bahwa rasio dan pikiran kita itu ada batasnya, dan sadar betapa kecilnya kita sebagai manusia di hadapan Tuhan, otomatis kita akan membuka diri supaya Tuhan memimpin rasio dan pikiran kita.

Tuhan ingin memimpin kita dalam mengambil keputusan. Tetapi kapankah kita melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan? Yang biasa terjadi adalah kita sudah berpikir dan sudah menganalisis semua data yang ada di tangan kita sampai akhirnya kita mendapati diri kita tidak mampu lagi, sudah jenuh dan menemui jalan buntu; barulah kemudian kita datang : " Ya, Tuhan, tolonglah saya!" Ini berarti jika dengan rasio dan pikiran, kita bisa menemukan jalan keluar, maka kita tidak akan bertekuklutut. Kita tidak akan berteriak minta tolong kepada Tuhan. Kita baru menempatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan hanya saat kita mendapati bahwa pikiran kita telah berhenti menemukan jalan. Jadi, Tuhan memang dilibatkan tetapi sudah di tengah-tengah perjalanan. Betapa seringnya kita memperlakukan Tuhan seperti ban cadangan mobil yang tidak pernah kita lirik ketika semuanya lancar. Ban cadangan dipakai hanya saat diperlukan untuk mengganti yang bocor di tengan perjalanan. Kalau rencana, pikiran, dan prediksi kita sendiri menjadi kenyataan, kita tidak pernah berbicara tentang Tuhan. Tetapi bila ada sesuatu yang terjadi di tengah perjalanan hidup kita, dan kita menemukan bahwa pikiran kita terbatas, maka mulailah kita minta tolong kepada Tuhan.

Jelas Tuhan tidak mau diperlakukan seperti itu. Tuhan mau dilibatkan sejak awal, mulai dari mengumpulkan hingga mengolah data tersebut dalam proses berpikir kita, sehingga Ia bisa membimbing dan memberi kita hikmat dalam mengambil keputusan yang benar. Namun, melibatkan Tuhan di dalam pengambilan keputusan sejak awal bukan berarti kita melakukan sebuah ekstrem yang lain, yaitu : "Sudah, tak usah dipikir-pikir. Tak usah dianalisis. Kita tak mau pikiran manusia; kita mau pikiran Tuhan saja. Jadi kita berdoa, dan bertanya kepada Tuhan!" Ekstrem yang satu berkata : "Andalkan akal budimu; kepintaranmu bisa menyelesaikannya bagimu". Ekstrem yang lain berkata : "Rasio dan pikiranmu tidak berguna. Tinggalkan rasiomu dan bertanyalah kepada Tuhan." Bukannya saya tidak percaya bahwa Tuhan bisa menjawab dan berbicara kepada kita. Yang ingin saya katakan adalah bahwa seringkali kita melakukan sesuatu yang kelihatannya rohani, seperti misalnya berdoa minta jawaban Tuhan, tetapi sebenarnya itu merupakan kemalasan kita dalam menggunakan akal budi yang Tuhan berikan kepada kita.

Suatu kali seseorang menelepon saya dan berkata, "Pak, tolong saya! Dalam 15 waktu menit, saya harus bisa membuat keputusan untuk sebuah transaksi. Ya atau tidak? Tolong, Pak, tanyakan kepada Tuhan". Saya cuma diberi waktu 15 menit untuk bertanya kepada Tuhan! Mungkin orang ini berpikir saya bisa seenaknya memerintah Tuhan! Waktu saya katakan kepada orang ini bahwa waktunya terlalu singkat, ia berkata, "Lho, Bapak 'kan hamba Tuhan! Bapak deket sama Tuhan. 15 menit ya, Pak, atau mungkin bisa lebih singkat? 10 menit saja? 10 menit lagi saya akan telepon Bapak, dan saya sudah harus mendapat jawaban dari Tuhan"

Apakah sebabnya orang itu melakukan hal ini? Karena ia tidak mau bergumul. Karena ia tidak mau mempergunakan rasio dan akal budi yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia inginnya serba cepat, serba gampang, serba ambil jalan pintas. Ia tidak mau melibatkan Tuhan dan hanya menginginkan jawaban Tuhan saja. Jika ia datang kepada Tuhan, maka ia akan berkata, "Tuhan, jawablah saya!" Tuhan diam. Ia berkata lagi, "Tuhan tolonglah saya". Tidak ada jawaban dari Tuhan. Karena Tuhan terus berdiam diri, maka ia berpikir, "Kalau hamba Tuhan pasti lain. Kalau saya memohon selama 15 jam pun, Tuhan tidak bersuara. Tapi dengan Pak Wahyu, dalam waktu 15 menitpun Tuhan sudah berbicara". Maka ia menelepon saya, dan meminta jawaban Tuhan melalui saya. Tentu saya akan berpikir seribu kali untuk menjawabnya. Kalau saya melakukan apa yang dikehendaki orang itu, pertama artinya saya mendidik orang tersebut untuk tidak bergumul di hadapan Tuhan. Ia tidak akan mendayagunakan akal budinya, tidak akan berdoa, dan tidak akan bergumul sendiri. Ia akan langsung minta keputusan Tuhan melalui saya. Kedua, jika saya menuruti kehendaknya, maka makin lama orang itu makin dekat kepada saya bukannya kepada Tuhan. Ia akan berpikir, "Telepon Pak Wahyu saja. Pasti beres."

Tetapi toh orang menyukai cara seperti itu. Mengapa? Karena ada tuntutan untuk melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan, padahal orang sering malas bergumul, maka biarlah hamba-hamba Tuhan itu yang bergumul untuknya. Alkitab tidak memuat cerita seperti itu dan saya juga tidak akan melakukan hal seperti itu. Jika saya melakukannya berarti saya memanjakan jemaat saya dan mendorong mereka untuk tidak mau bergumul sendiri di hadapan Tuhan. Berdoa tidaklah salah. Meminta jawaban Tuhan tidaklah salah. Tetapi jangan itu menjadi alasan untuk menutupi yang sebenarnya yaitu kemalasan berpikir dan kemalasan menganalisis.

Dalam bahasan ini kita menemukan 2 jebakan. Pertama, adalah sikap skeptis terhadap campur tangan Tuhan dan ingin menggunakan pikiran sebaik-baiknya. Kedua, adalah sikap yang menutupi kemalasan dalam menggunakan akal budi dengan berdoa saja. Bukannya saya merendahkan kemampuan doa, tetapi sebaliknya doa sangat direndahkan apabila hanya dijadikan sebagai sarana untuk melarikan diri dari kemalasan berpikir. Doa amat sangat direndahkan kalau itu hanya sebuah label bertuliskan "Ini jawaban Tuhan", padahal yang dilakukan adalah kata hati kita sendiri. Suara hati dianggap suara Tuhan. Apa yang terlintas di dalam pikiran dianggap pikiran Tuhan.

Ada sebuah kisah sejati dan tokoh di dalam kisah ini setuju jika saya memakai pengalamannya sebagai sebuah ilustrasi. Ada seorang pebisnis yang hendak mengambil keputusan untuk sebuah transaksi yang nilainya sangat besar. Pikirannya dan analisis bisnisnya mengatakan bahwa transaksi ini hasilnya tidak menguntungkan. Tetapi ketika ia datang ke gereja dan mendengar apa yang diajarkan, yaitu "Jangan mengandalkan pikiran manusia. Andalkan pikiran Tuhan. Berdoalah!" Maka ia berdoa. Ia mendengar hatinya berkata: "lakukan!" Tanpa pikir panjang ia mengangap suara hatinya adalah suara Tuhan. Ia mempunyai 2 pilihan : mau mengikuti pertimbangan akal budinya atau kata hatinya yang menurutnya waktu itu suara Tuhan. Ia memilih yang kedua, karena merasa Tuhan berbicara kepadanya. Satu tahun berlalu, dan transaksi tersebut menunjukkan hasil yang merugikan. Dalam hal ini siapakah yang bersalah sebenarnya? Dulu dengan yakin ia berkata, "Ini suara Tuhan. Pasti untung." Ternyata Tuhan berkata lain. Karena itu jika kita berdoa hendaknya kita bergumul sungguh-sungguh dan tidak boleh kita melupakan satu hal yaitu tetap menggunakan akal sehat. Menggunakan akal sehat juga berarti menghargai pemberian Tuhan. Kita menghargai Tuhan lewat kemauan kita untuk melibatkan Tuhan sejak awal, sejak kita mulai berpikir, menganalisis dan mempergumulkannya dalam firman-Nya. Kita memohon supaya kita bisa mengambil keputusan sesuai dengan kehendak-Nya. Jangan ada seorangpun di antara kita yang jatuh pada salah satu di antara dua ekstrem : mutlak mengandalkan akal budi atau malas menggunakan akal budi dan membalutnya dengan kata-kata rohani: yang penting berdoa saja.

Melibatkan Tuhan di dalam pengambilan keputusan itu dimulai dengan kesadaran bahwa kita terbatas dan lemah sedangkan Tuhan tidak terbatas. Dan pergumulan untuk melibatkan Tuhan itu tidak terjadi dalam 5 menit berdoa, tetapi mungkin bahkan merupakan perjalanan hidup yang terus menerus. Dengan bergumul maka kita sudah bertanggung jawab di hadapan Tuhan, dan setiap keputusan yang kita ambil, bisa kita aminkan karena kita sudah melibatkan Tuhan dari awal. Jangan tergoda untuk mencari jalan pintas dengan cepat. Jangan menempatkan hamba Tuhan pada posisi yang telah saya ceritakan tadi. Tuhan bukanlah tetangga sebelah rumah atau seorang pembantu yang bisa kita perintah seenaknya. Masing-masing bergumul dan itu memang menuntut waktu, perhatian dan tenaga kita. Tidak terhitung betapa banyaknya saya menjumpai kasus yang seperti itu. Misalnya, "Mengapa menikah dengan orang itu dulu?" Jawaban yang tak asing adalah, "Habis gimana, Pak. katanya hamba Tuhan itu melihat dalam penglihatan bahwa ialah suami saya. Masak saya berani melawan Tuhan?" Memang betul kita tidak berani melawan Tuhan. Tetap dalam kasus tadi apakah yang bersangkutan sudah bergumul? Ataukah ia menyerahkan pergumulan itu kepada orang lain sepenuhnya? Apa lagi dengan dibalut kata-kata rohani yang dipercayai begitu saja. Bukannya saya tidak percaya bahwa Tuhan bisa berbicara seperti itu karena saya juga pernah mengalaminya, tetapi itu bukan pengganti dari kemalasana untuk bergumul dan melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan. Tuhan bukanlah pemadam kebakaran, yang harus segera datang menolong dalam keadaan darurat dan tidak boleh ditunda .

Setelah kita diajak untuk melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan; sebagai umat Tuhan kita dilatih untuk siap menerima konsekuensi dari keputusan kita. Setelah mengambil keputusan, orang Israel akhirnya mengetahui bahwa mereka ditipu. Bagaimana jika itu terjadi pada kita? Sesudah mengambil suatu keputusan, kita merasa sakit karena ternyata kita tertipu. Kita merasa menyesal dan dalam keadaan menyesal, biasanya orang menjadi agak mata gelap. Orang Israel juga merasa kesal dan marah, tetapi mereka sudah mengangkat sumpah di hadapan Tuhan dan berjanji bahwa bangsa Gibeon tidak akan dihabiskan, tetapi akan dijadikan pembantu di rumah Tuhan. Mereka tahu bahwa mereka telah salah dalam mengambil suatu keputusan, tetapi mereka bersikap konsisten dengan bersedia menerima konsekuensi dari keputusan salah itu dan tidak melakukan kesalahan yang lebih besar untuk menutupi kesalahan pertama ini.

Jika kita sering menonton acara-acara kriminal di TV, kita akan menemukan cerita-cerita menyedihkan yang klise. Misalnya cerita tentang bayi merah yang dibunuh oleh ibunya sendiri karena si ibu bingung akibat bayinya ini tidak berbapak. Untuk menutupi kesalahan di masa lalu, ibu ini melakukan sebuah kesalahan yang lain karena tidak berani menanggung konsekuensi kesalahan yang pertama. Logis jika kesalahan tidak dapat ditutup dengan kesalahan lain yang lebih kecil atau sama besar, tetapi harus ditutup dengan yang lebih besar. Jika proses ini dibiarkan berjalan terus maka akan semakin hebat. Ketika ditagih karena berhutang kecil, maka kita akan berhutang yang lebih besar sampai akhirnya kita merasa perlu merampok dan mengambil milik orang lain. Umat Israel tidak begitu. Ketika mereka tahu mereka salah, mereka berhenti, mereka mengakui kesalahan itu dan mereka bersedia menerima konsekuensi dari kesalahan tersebut dan mereka tidak menyalahkan orang lain, mereka tidak menyalahkan Tuhan tetapi mereka sadar itu kesalahan mereka sendiri.

Hidup kita banyak digelisahkan oleh keputusan-keputusan yang sudah kita ambil. Biasanya kita bereaksi seperti salah satu ini : yang pertama, sadar kalu keputusan kita keliru, maka kita menyesal. Nyeselnya bagaimana? Tipe menyesal pertama: berandai-andai. "Seandainya dulu saya tidak menikah dengan ia.", "Seandainya dulu saya tidak pindah kerja", dan lain-lain. Kita hidup di masa kini tetapi pikiran kita hidup di masa lalu, dan terus berkata: seandainya, seandainya, seandainya... Hal ini tidak menyelesaikan masalah, sebaliknya merupakan pelarian dari ketidaksanggupan kita dalam menerima konsekuensi.

Tipe menyesal kedua: sadar bahwa kita telah mengambil keputusan salah, tetapi menyalahkan orang lain. "Ini kan gara-gara si itu dulu", "Ini kan gara-gara si ini dulu", atau "Itu kan gara-gara Tuhan. Saya mengambil keputusan keliru, kok Tuhan tidak ingatkan?" Saya ambil keputusan salah kok Tuhan tidak cegah?" Kadang-kadang kita menempatkan Tuhan pada posisi yang sulit seperti ini. Kita tidak mau bergumul susah-susah, pokoknya kita mau ambil jalan pintas. " Kalau keputusan saya salah, Tuhan yang akan mencegahnya.", "Kalau keputusan saya ternyata salah, Tuhan akan membuat kantornya tutup", "Kalau ternyata keputusan saya salah, Tuhan akan menurunkan hujan" Kemalasan kita bergumul menyebabkan kita menarik Tuhan dari tahta dan membuat-Nya duduk di kaki kita dan menjadi pengawas kita. Juga kita menyebabkan Tuhan menjadi terdakwa tunggal dari kesalahan kita: "Tuhan tidak mencegah lho, Pak! Mengapa waktu saya akan melakukan keputusan yang salah yaitu pergi dengan isteri orang, kok Tuhan tidak mengirimkan petir dari surga? Padahal Tuhan tahu kalau saya salah, kok hotelnya tidak ambruk?" Kita hanya ingin melemparkan kesalahan tersebut terus kepada Tuhan, kepada orang lain, dan kepada situasi karena tidak siap menerima konsekuensi dari perbuatan kita.

Tipe menyesal ketiga : kita menyalahkan diri. "Saya memang yang salah." Kalau orang lain bertanya mengapa bisa jadi begini, jawabnya, "Saya yang salah" Kita hidup di dalam penyesalan yang dalam, akhirnya kita putus asa dan memilih minum obat nyamuk atau melompat dari gedung yang tinggi dan meninggalkan penyesalan. Siapa di antara kita yang tidak pernah membuat keputsuan yang keliru? Siapa di antara kita yang tidak pernah membuat keputusan yang ternyata di kemudian hari terbukti salah? Kita ini semua adalah orang-orang yang pernah mengambil keputusan dan ternyata itu adalah keputusan salah.

Jadi sebenarnya masalahnya memang bukan soal salah atau benar di masa lalu tetapi bagaimana sikap kita sekarang dalam menghadapinya? Apakah kita akan menutupi kesalahan di masa lalu dengan kesalahan yang lebih besar lagi? Kalau orang menipu kita, kita akan balas dengan menipu anaknya, biar impas. Ataukah kita tipe orang yang selalu menyalahkan orang lain, menyalahkan diri kita sendiri, menyalahkan sekeliling kita atau bahkan menyalahkan Tuhan? Orang Israel adalah orang yang sadar bahwa diri mereka salah, lalu berhenti. Mereka tidak membuat kesalahan yang lebih besar dengan menutupi kesalahan mereka, tetapi bersedia menerima konsekuensi dari kesalahan mereka. Karena itu mereka tidak mengangkat pedang dan membunuh orang Gibeon. Sebaliknya, mereka melibatkan Tuhan. Demikian pula seharusnya dengan kita. Kita mengakui kesalahan kita dan menjadikannya pelajaran yang paling berharga untuk masa depan. Ketika salah mengambil keputusan, kita boleh kecewa terhadap diri kita dan orang lain boleh menertawakan kita dan bersuka cita atas kemalangan kita, tetapi meskipun kita telah melakukan kesalahan tangan Tuhan akan terus ada di dalam hidup kita. Seperti juga pengalaman orang Israel yang merasakan tangan Tuhan itu tetap bekerja di dalam hidup mereka walaupun mereka telah berdosa di hadapan Tuhan. Lewat keputusan yang salah ini, ratusan tahun kemudian, orang Gibeon yang dibiarkan hidup berasimilasi dengan orang Israel. Dengan demikian akhirnya mereka terhisap masuk menjadi bagian dari Israel.

Lihat betapa baiknya dan betapa murah hatinya Tuhan. Bagi kita yang sudah salah mengambil keputusan, hendaknya kita menyadari bahwa penyesalan kita tidak akan dapat mengubah masa lalu, ataupun mengubah keputussan yang sudah kita ambil. Air mata kita, bahkan bunuh diripun, tidak akan pernah bisa membalikkan keadaan. Tetapi ada Tuhan yang ternyata masih memegang tangan kita dan memegang jalan sejarah kita , bahkan saat kita keliru mengambil keputusan. Jadi masih ada harapan bagi orang-orang yang merasa sudah salah mengambil keputusan. Juga ada janji pemulihan bagi mereka yang berani berkata bahwa mereka sudah keliru besar.

Ketika saya berjumpa dengan mereka yang pernah gagal bunuh diri, saya melihat berbagai tipe reaksi mereka. Ada yang merasa tambah gagal karena melihat kenyataan bahwa hidup gagal, mau matipun gagal. Saya menemukan seorang pemuda dengan kasus seperti ini yang hanya bisa menangis dan menangis terus. Sedangkan seorang pemuda lain dengan kasus yang sama masih bisa mempunyai harapan. Pemuda ini mengatakan, "Saya sudah tidak bisa apa-apa lagi, Pak. Saya sudah mengambil keputusan yang salah sehingga hidup saya hancur. Saya malu, Pak. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi jika muncul di gereja dan orang menyebut nama saya dengan tambahan 'si X yang minum ... (disebut nama merek obat nyamuk)'" Tetapi sekarang saya menyaksikan Tuhan bekerja di dalam hidupnya. Dari kesalahan dan keputusan yang paling buruk yang pernah ia lakukan, Tuhan terus bekerja di dalam hidupnya sehingga kini pemuda ini menjadi pendamping bagi pemuda-pemuda lain yang sudah hancur hidupnya dan bagi mereka yang berkata bahwa hidup mereka sudah tidak ada gunanya lagi. Tuhan ternyata bisa membuat keputusan yang paling baik, dari keputusan manusia yang paling buruk.

Ada kasus yang lain lagi. Seorang pemuda masuk rumah sakit karena berusaha menggunting urat nadinya sendiri Di rumah sakitpun ia masih berusaha menusukkan garpu ke nadinya. Ia tidak mau menerima tamu, tetapi ketika akhirnya saya diijinkan masuk, saya mengetahui bahwa ia merasa bersalah pada dirinya sendiri karena tidak berhati-hati menaiki sepeda motor. Akibatnya, kecelakaan berakibat fatal pada tubuhnya dan tidak mungkin disembuhkan. Ketika barang-barang yang dapat ia pakai untuk melukai dirinya dikeluarkan semua dari kamarnya, ia lalu membentur-benturkan kepalanya. Saya berkata,"Kamu memang sudah salah, tetapi jangan melakukan kesalahan yang lebih besar lagi. Berhenti di sana dan akui kesalahan itu, lalu lakukan hal yang lebih baik lagi." Tetapi ia menolak, dan sampai sekarang ia masih terus mencoba menghancurkan dirinya.

Janganlah kita seperti contoh yang terakhir ini. Kita yang pernah salah ambil keputusan, mari kita akui di hadapan Tuhan dan berhenti melakukan kesalahan yang lebih besar lagi. Biarlah itu mendidik kita untuk lebih dewasa mengambil keputusan. Biarkan tangan Tuhan itu mengerjakan yang paling baik dari keputusan yang paling buruk sekalipun. Janji firman Tuhan mengatakan, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Ia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28) Bukankah itu berarti bahwa bukan hanya dalam keberhasilan saja Tuhan mau bekerja di dalam hidup kita, tetapi juga di dalam kesalahan dan kegagalan kitapun ia mau mengupayakan yang paling baik. Jangan hanya menyesali diri, tetapi akui kesalahan dan bertobat. Lihatlah tangan-Nya sedang bekerja atas kehidupan kita.

PENTING !!! (Teliga)

Telinga adalah salah satu organ tubuh kita yang sangat penting.
Apakah anda tau dengan telinga masa depan anda ditentukan !!!

Alur :

1. Hati-hati dengan apa yang kita dengar, karena
2. apa yang kita denger itu akan masuk dalam pikiran dan iman anda,
3. dari pikiran dan iman anda akan menjadi kebiasaan dalam hidupmu,
4. kebiasaan yang dilakukan terus menerus dalam hidupmu, maka akan menjadi karakter,
5. karakter anda akan menentukan masa denganmu.

Keunikan Manusia

<

Manusia diciptakan Tuhan dengan keunikan yang luar biasa !
Menurut hasil penelitian ilmu kedokteran, jika seorang dewasa dengan bobot tubuh rata-rata, maka selama 24 jam ia memiliki kesibukan :

1. Jantung berdenyut 103.689 kali
2. Darah menempuh perjalanan 168.000.000 mil
3. Bernafas sebanyak 23.040 kali
4. Menghirup udara sebanyak 483 meter kubik
5. Menelan 1,5 kg makanan
6. Meminum 3,5 liter cairan
7. Berkata-kata sebanyak 25.00 kata (termasuk kata-kata yang tak perlu diucapkan)
8. Menggerakkan 750 otot
9. Kuku bertumbuh 0.00012 cm
10. Sel Otak sebanyak 7.000.000 terus bekerja

Coba saudara menghitung kebaikan-kebaikan Allah !!
Berapa banyak saudara merasakan pemeliharaan Allah sepenjang tahun ini ?
Tuhan memberi waktu 365 hari sepanjang tahun kepada kita untuk memuliakan Dia dalam aspek kehidupan kita.
Campur tangan dan pemeliharaanNya menuntun langkah hidup kita.

"Yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1 Pet 1 : 5)


sumber : Suplemen Kuasa

Ngomong

Tidak pernah orang banyak omong, seperti sekarang ini
Tidak pernah manusia dilanda taufan omong kosong melompong
seperti sekarang

Semua mau ngomong
Semua mau berkata-kata
Semua mau berbicara

Tetapi hanya segelintir yang melontarkan sebuah arti
Karena kebanyakan tak tahan sunyinya kegiatan berpikir

“TUHAN ……. tolong tutup mulutku yang cerewet ini,
sampai suatu saat aku tahu pasti apa yang hendak aku katakan. Ngomong kini musimnya !!!
Kerja, bukan jamannya

Hari

Ini adalah awal dari suatu hari yang baru
Tuhan memberikan kepadaku hari ini
Untuk dipergunakan sesuai dengan kehendakku
Aku dapat memboroskan hari ini atau mempergunakannya untuk kebaikan
Apa yang aku lakukan hari ini adalah sangat penting
Karena aku mempertukarkan satu hari dari hidupku untuk hal tersebut

Bila hari esok tiba, hari ini akan hilang untuk selamanya
Meninggalkan sesuatu pada tempatnya yang sudah aku pertukarkan

Aku ingin memperoleh keuntungan, bukan kerugian ………….
Kebaikan, bukan kejahatan ………………………
Keberhasilan, bukan kegagalan …………………….
Agar aku tidak melupakan "HARGA" yang telah kubayar untuk itu.

ANAK PADANG GURUN

Pada waktu bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan yang dijanjikan Allah. Tuhan membuat bangsa yang bebal itu berputar-putar di padang gurun supaya iman mereka semakin dimurnikan.Tapi pada akhirnya hampir sebagian besar gagal dan hanya anak-anak yang lahir dipadang gurunlah yang akhirnya menikmati negeri perjanjian yang dijanjikan oleh Allah selama ini.

Mengapa harus anak-anak yang lahir di padang gurun?
Mereka adalah generasi yang tak pernah menikmati kehidupan tanah Mesir (Mesir menggambarkan dunia). Bisa jadi orang tua mereka banyak bercerita tentang negri itu. Anak-anak itu hanya dapat membayangkan tapi tidak tahu keadaan negri itu. Sejak lahir mereka sudah terbiasa dengan kehidupan nomaden dipadang gurun yang tandus.
Sejauh mata memandang cuma pasir, pohon kaktus. Mungkin sesekali mereka bertemu dengan oase, atau berkali-kali melihat fatamorgana, dan mereka juga sudah terbiasa hidup mengandalkan Tuhan.
Bayangkan saja, mulai dari soal makanan, minuman sampai peperangan yang dihadapi, mereka sudah terbiasa melihat otoritas Ilahi dalam diri Musa, sang pemimpin.
Jadi yang mereka tahu Cuma satu : semua karena Tuhan! Itulah anak-anak “Padang Gurun”
Secara tidak langsung mereka mengalami didikan ilahi yang cukup kuat dari Allah. Disaat anak-anak lain bermain-main dan bermanja-manja dengan orang tua mereka dengan berbagai mainan yang bagus, anak-anak “padang gurun” harus belajar taat pada otoritas.
Bayangkan, diusia anak-anak mereka sudah pandai membantu orang tuanya bongkar pasang tenda. Mereka sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki dipadang gurun yang tandus.

Tapi Tuhan tidak pernah main-main dengan umat pilihanNya. Orang-orang yang akan menikmati janji besar bukanlah orang sembarangan tapi orang orang yang harus memiliki kualitas hidup yang tinggi dihadapan Allah dan manusia, dan Allah tidak pernah menetapkan kualitas yang “biasa” dengan orang-orang pilihanNya.
Kalau dunia saja menetapkan standar tinggi untuk orang-orang pilihan, apalagi Allah.
Sudah waktunya bagi anak-anak Tuhan untuk meningkatkan diri, bukan hanya hal-hal duniawi saja, tapi juga kerohanian.

Kita harus terus maju ketingkat yang lebih tinggi lagi. Apapun yang kita hadapi dan kerjakan saat ini, kita harus yakin kalau itu adalah salah satu tahapan dan langkah kecil untuk mencapai rencana Ilahi dalam hidup kita. Bukan hanya kita saja yang mengalami proses ini, tapi semua orang! .Contoh : Sebelum menjadi raja, Daud hanya seorang penggembala domba milik ayahnya, dia memulai karirnya saat menyanggupi permintaan Saul untuk mengalahkan Goliat. Kemudian menjadi seorang pemain kecapi di istana , selanjutnya dipercayakan menjadi kepala pasukan perang, Daud tetep mengabdi sebagai bawahan Saul sampai Allah sendiri yang mengangkat dia menjadi raja Israel(dari garis keturunan Daudlah, Mesias, sang juruslamat lahir). Karakter dan kepribadiannya terbentuk sempurna lewat hubungan dekatnya dengan Allah. Manusia tidak pernah memperhitungkan dia menjadi raja Israel, tapi Allah melihat kesempurnaan pribadi Daud.

Belajarlah seperti anak-anak Israel yang sudah mandiri, bergantung pada Tuhan, selalu berserah pada kehendak Tuhan, kemana Tuhan akan membawa mereka dan terus percaya akan kemahakuasaan Allah dalam hidup mereka.

Cara agar kita tetap bisa menjaga kualitas hidup yang benar dihadapan Tuhan :
Kita harus terus memberi diri untuk bertumbuh ,kita harus memiliki iman , berusaha untuk hidup stabil dihadapan Tuhan (mulailah dengan stabil membaca Firman Tuhan ,stabil berdoa) dan berhubungan intim dengan Tuhan , dan terlebih lagi hiduplah didalam kebenaran dan jangan kompromi dengan dosa.

Rajawali


….sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali !!!

( Maz 103 : 5b)

Burung rajawali merupakan salah satu mahluk ciptaan Tuhan yang sangat indah. alkitab menuliskan mengenai rajawali sebanyak 38 kali, jauh lebih banyak dibandingkan dengan burung merpati atau jenis burung lainnya. Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 90 cm dan bentangan sayap sepanjang 2 m. Kita akan melihat beberapa hal yang dapat kita pelajari dari burung rajawali.

1. RAJAWALI DICIPTAKAN UNTUK TINGGAL DITEMPAT TINGGI
Rajawali membangun sarangnya di tempat tempat yang tinggi, di puncak gunung / bukit-bukit batu yang terjal dan curam dan sulit didatangi (Ayub 39:30-31) Tapi sekalipun ditempat-tempat tinggi namun harus selalu dekat mata air (Maz 1:3). Sarang itu sangat besar dan nyaman, sehingga manusiapun dapat tidur di dalamnya, dan beratnya pun bisa mencapai 700 kg.
Berbeda dengan jenis burung yang lainnya, rajawali diciptakan untuk terbang ditempat-tempat yang tinggi, jauh dari pandangan mata telanjang dan jauh dari jangkauan para pemburu. Burung rajawali memiliki keunikan, jika ia berada dialam bebas ia akan menjadi burung yang paling bersih diantara burung yang lainnya. Tapi sebaliknya jika ia ada di dalam “penjara” dan terikat, ia akan menjadi burung yang paling kotor (hal ini disebabkan burung rajawali mengkonsumsi makan yang berbeda dgn burung yang lainnya)

Makna rohani :
Tuhan menciptakan kita untuk selalu terbang dan berada ditempat yang tinggi, yaitu selalu berada dalam hadiratNya dan bebas dari control dunia. Sesuai dengan janji Tuhan dalam Ulangan 28 : 13 ”Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, .. ” Kehidupan Kristen rajawali adalah kehidupan yang luar biasa !!!”

2. RAJAWALI BERAKTIFITAS DI SIANG HARI
Dari mulai matahari terbit sampai matahari terbenam rajawali beraktifitas, kalau gelap matanya rabun,

Makna Rohani :
Kristen rajawali, hidup di dalam terang Tuhan sebagai anak-anak terang yang selalu memancarkan sinar kemulian Allah. Di mana setiap sisi kehidupannya dapat dilihat / dicontoh oleh setiap orang yang melihatnya.

3. Rajawali memiliki mata yang tajam untuk melihat mangsanya pada jarak yang relative jauh (Ayub 30:30-32). Apabila ada sasaran yang akan dicapai, ia tak pernah gagal untuk mencapainya.Ia dapat mencapai mangsanya walau dibawah air sekalipun (kedalaman kurang 2 m) dan ia akan menukik, menangkap mangsanya yang berada dibawah air dan setelah itu ia akan keluar dari dalam air, dan kembali terbang.

Makna Rohani :
Visi

4. Rajawali memiliki kaki “Sistim Kunci” (ia memiliki cengkeraman yang kuat)

5. Rajawali dilengkapi dengan sayap yang kuat, dan bila dilatih, ia akan mampu terbang tinggi diawan-awan, bahkan terbang tinggi melawan arus angin (melawan badai sekalipun). Dengan terbang tinggi ia mempunyai pandangan yang luas dan jarak jelajah yang luar biasa.
Rajawali tidak terbang, tapi melayang. Rajawali tidak terbang seperti layaknya burung-burung yang lain,mereka terbang dengan mengepak-ngepakkan sayapnya dengan kekuatan sendiri.Tapi yang dilakukan rajawali ialah melayang dengan anggun, membuka lebar-lebar kedua sayapnya dan menggunakan kekuatan angin untuk mendorong tubuhnya. Yang membuat rajawali sangat special ialah ia tahu betul waktu yang tepat untuk meluncur terbang. Ia berdiam diatas puncak gunung karang, membaca keadaan angina, dan pada saat yang diarasa tepat ia mengepakkan sayapnya untuk mendorong terbang, lalu membuka sayapnya lebar-lebar untuk kemudian melayang dengan menggunakan kekuatan angin itu.

Angin dalam Alkitab sering disebut sebagai “Roh Kudus” yang mana kita dapat bekerjasama dengan Roh kudus dan membiarkanNya mengangkat kita lebig tinggi lagi semakin dekat dengan Tuhan.Seringkali kita “terbang” dengan kekuatan kita sendiri.Hasilnya kita enemui banyak kelelahan, kekecewaan dalam hidup ini.
Tapi belajar dari rajawali, kita mau “terbang” melintasi kehidupan ini dengan mengandalkan Roh Kudus.
Angin juga bicara mengenai kesulitan-kesulitan hidup.Badai sering menggambarkan pergumulan dalam hidup ini. Bagi rajawali badai adalah media yang tepat untuk belajar menguatkan sayapnya.Dia terbang menembus badai itu, melayang didalamnya, melatih sayapnya untuk lebih kuat lagi.


6. Induk rajawali sangat memperhatikan anak-anaknya
Diatas puncak gunung yang tinggi, telur rajawali menetas dan muncullah bayi rajawali. Seperti layaknya bayi yang lain, hanya 2 hal yang sangat disukai bayi rajawali ini untuk dilakukan yaitu : makan dan tidur. Bayi ini akan menghabiskan masa-masa pertamanya didunia didalam sarangnya yang nyaman. Setiap hari induk rajawali mencarikan makanan bagi bayinya dan menyuapinya.Dengan perut kenyang, bayi itu tidur kembali. Hal itu berlangsung berulang-ulang dalam hidupnya.
Siklus ini berjalan selama berminggu-minggu.

7. Induk Rajawali membongkar sarangnya dan melatih anaknya terbang (Ul 32:11)
Anak rajawali akan mengalami proses “pengembangan kelenjar-kelenjar hormone” yang ada dalam tubuh untuk menumbuhkan bulu-bulu kasar yang bertulang pada sayapnya sehingga ia dapat terbang. Oleh karena itu induk rajawali perlu membongkar sarangnya agar dapat memacu anaknya utnuk dapat mengalami proses tersebut. Proses tersebut tidak dapat terjadi bila anak rajawali masih tinggal diam dalam sarangnya.Contoh :

- Musa : dia tinggalkan “sarang” (istananya) yang aman untuk membela bangsanya
- Yusuf : dia harus tinggalkan “Jubah indah” nya untuk masuk kedalam sumur

Sampai pada suatu hari , induk rajawali terbang dan hanya berputar-putar diatas sarangnya, memperhatikan anaknya yang ada didalamnya. Saat melatih anaknya untuk terbang, diusia (11-12 mg) bukan hanya sarangnya dibongkar, tapi isi sarangnya dilemparkan agar anak-anaknya jatuh dan belajar terbang. Setelah berputar beberapa kali, induk rajawali akan terbang dengan kecepatan tinggi menuju sarangnya. Ditabraknya sarang itu dan digoncang-goncangkannya. Kemudian ia merenggut anaknya dari sarang dan dibawanya terbang tinggi. Kemudian, secara tiba-tiba, ia menjatuhkan bayi rajawali dari ketinggian. Bayi ini berusaha terbang , tapi gagal. Beberapa saat jatuh melayang ke bawah mendekati batu-batu karang, induk rajawali ini dengan cepat meraih anaknya kembali dan dibawa terbang tinggi. Setelah itu, dilepaskannya pegangan itu dan anaknya jatuh lagi. Tapi sebelum anaknya menyentuh daratan, ia mengangkatnya kembali. Hal ini dilakukan berulang-ulang, setiap hari. Hingga hanya dalam waktu satu minggu anaknya sudah banyak belajar, dan mulai memperhatikan bagaimana induknya terbang. Dalam jangka waktu itu, sayap anak rajawali sudah kuat dan ia pun mulai bisa terbang.

Banyak orang Kristen seperti bayi rajawali ini. Terlalu nyaman di dalam sarangnya. Kita datang ke gereja seminggu sekali untuk mendapatkan makanan. Kita menunggu pelayan Tuhan untuk memberi mereka "makanan rohani" kedalam mulutnya. Kemudian setelah ibadah selesai, kita pulang dan "tidur" lagi, tanpa melakukan firman Tuhan dan hidup tidak berubah. Baru setelah beban-beban berat menindih selama 1 minggu, kita merasakan "lapar" dan butuh diisi makanan, kemudian kita pun pergi lagi ke gereja untuk di-drop makanan lagi. Hal ini berlangsung terus menerus berulang-ulang tanpa ada pertumbuhan secara rohani dalam hidup kita. Sampai suatu saat, sesuatu pencobaan terjadi dalam hidup kita, sarang digoncangkan dengan keras, dan kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kita mulai menyalahkan Tuhan,"Tuhan jahat! Tuhan tidak adil!...." Tidak ! Tuhan tidak jahat ! Jika kita mengalami pencobaan dan goncangan berarti Bapa di surga sedang melatih kita untuk bisa lebih dewasa lagi, agar kita bisa siap untuk terbang. Akan sia-sia menjadi rajawali kalau dia tidak bisa terbang. Berarti akan sia-sia menjadi orang Kristen kalau dia tidak pernah dewasa dalam iman! Setiap pencobaan datang, Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anakNya jatuh tergeletak, tapi seperti induk rajawali, pada saat kritis, ia menyambar anaknya untuk diangkat kembali. Beban berat boleh datang, tapi kemudian mulailah untuk berdoa.Masa-masa sukar akan selalu ada di depan kita, tapi kita akan menemukan diri kita selalu penuh dengan pengharapan jika kita tetap berdiri pada kebenaran firman Allah. Apa yang sedang terjadi ? Ternyata kita sedang merentangkan sayap kita ! Kita sedang belajar terbang ! Tuhan mengangkat dan memuliakan kita melalui pencobaan-pencobaan yang kita alami. Jika induk rajawali melatih anaknya untuk mempergunakan sayapnya, Tuhan melatih kita untuk mempercayai firmanNya dan mempergunakan iman kita.

8. Rajawali sangat mengutamakan “Kehidupan berpasangan”
Rajawali “setia sampai mati”. Rajawali jantan sangat berbeda dengan “ayam jantan”.dia akan membawa sesuatu diparuhnya sebagai tanda perhatian kepada induk betina yang berada disarang. Rajawali jantan sering bergantian dengan betina nya dalam hal mengerami telurnya.(mereka sangat bekerja sama)


9. RAJAWALI MEMILIKI WAKTU KHUSUS UNTUK PEMBAHARUAN
Ketika rajawali berumur 60 tahun, ia memasuki periode pembaharuan. Seekor rajawali akan mencari tempat tinggi dan tersembunyi di puncak gunung. Ia berdiam disitu, membiarkan bulu-bulunya rontok satu demi satu. Rajawali ini mengalami keadaan yang menyakitkan dan sangat mengenaskan selama kira-kira 1 tahun. Ia menunggu dengan sabar selama proses ini berlangsung, dan setiap hari ia membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya untuk mempercepat proses penyembuhannya. Melalui proses ini, bulu- bulu barupun tumbuh, dan rajawali menerima kekuatan yang baru sehingga ia mampu untuk bertahan hidup hingga umur 120 tahun, seperti normalnya rajawali hidup.
Seperti rajawali, orang kristen perlu memiliki waktu-waktu khusus untuk proses pembaharuan dalam hidup ini. Membiarkan hal-hal lama yang tidak berguna lagi 'rontok' dan menanti-nantikan dengan sabar pemulihan dari Tuhan. Pembaharuan adalah prinsip Ilahi, dimana Allah memotong segala sesuatu yang tidak menghasilkan buah dalam hidup kita ini agar kita mampu berbuah lebat. Selama kita menantikan Dia, relakan proses pembaharuan itu berlangsung.

10. RAJAWALI JUGA KADANG-KADANG SAKIT, SEPERTI MANUSIA
Ketika rajawali mengalami sakit di tubuhnya, ia terbang ke suatu tempat yang sangat disukainya, dimana ia dengan leluasa dapat menikmati sinar matahari. Karena sinar matahari memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan rajawali, dan juga merupakan obat yang paling mujarab baginya .
Ketika kita sakit, baik itu sakit secara fisik, ekonomi, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, atau sakit rohani kita, apakah kita jug mencari Allah yang memainkan peranan penting dalam hidup kita, yang juga merupakan sumber kesembuhan bagi segala macam 'penyakit' ?

11. SETIAP BURUNG RAJAWALI PASTI MATI
Ketika rajawali berada dalam keadaan mendekati waktu kematiannya, ia terbang ke tempat yang paling disukainya, di atas gunung, menutupi tubuhnya dengan kedua sayapnya, memandang ke arah terbitnya matahari, lalu....mati.

Sudah selayaknya, semua orang Kristen mati dengan mata dan hati tetap tertuju pada Yesus sebagai sumber dari pengharapan dan jaminan di dalam kehidupan kekal
.
Jadilah KRISTEN RAJAWALI

Mengapa saya dan anda dapat seperti sekarang ini ?”


Jika ada orang yang bertanya pada anda : “Mengapa kamu dapat menjadi seorang sukses seperti sekarang ini ? apa rahasianya ? Ada juga pertanyaan lain : “Mengapa hidup saya susah seperti ini ?” apa salah saya ? dan banyak lagi hal-hal semacam ini yang ada di sekitar kehidupan kita. Jika saya bertanya pada anda saat ini : “Mengapa anda dapat seperti sekarang ini ?” Jawabannya sangat beraneka ragam !
Apakah penting kita tau akan hal-hal yang menyebabkan kita dapat menjadi seperti hari ini ? Mungkin anda beranggapan itu tidaklah penting yang penting saya dapat menikmati hidup saat ini, karena kehidupan itu seperti “roda yang berputar” kadang di atas kadang di bawah. Hal tersebut tidaklah salah, namun alangkah lebih bijaknya bila anda dan saya dapat menelaah : mengapa saya dapat seperti hari ini ? yang membuat kita lebih bijak untuk menghadapi hidup !
Kebanyakan dari kita menjalani hidup tanpa “peta kehidupan” dan tanpa arah apa lagi rencana ! Mungkin kita memiliki segudang jadwal kerja yang sangat sibuk, tidak memiliki waktu untuk berpikir mengenai hal tersebut ! Atau kita berpendapat : jalani saja hidup ini (mengalir), toh tidak ada yang tau akan hari esok ?!! Inilah dinamika kehidupan yang ada dalam dunia yang memasuki abad 21 ! Keberhasilan dan kegagalan dalam hidup seseorang sangatlah banyak factor yang menyebabkannya !
Saya bukan mau mengurui anda, saya hanya orang awam yang berusaha untuk mencari tau :”Mengapa saya dapat menjadi seperti hari ini ?” Banyak pemikiran dan pertanyaan yang berkecamuk dalam diri saya bila pertanyaan itu saya tanyakan pada diri saya sendiri !!! Ada satu pertanyaan yang mengelitik dari diri saya : “apakah saya memiliki perencanaan atas kehidupan yang saya jalani ?” Pertanyaan tersebut saya coba tanyakan pada teman-teman saya, mereka menjawab sebagian kecil rencana sich ada, tapi ……. Sekarang pertanyaan yang sama pun saya tanyakan pada anda : “apakah anda sudah memiliki perencanaan atas kehidupan yang anda jalani ?” Secara jujur saya harus mengatakan saya belum memiliki perencanaan atas hidup saya. Saya sedang berusaha untuk membuatnya ! Saya menyadari betapa pentingnya hal tersebut ! Seperti contoh : apakah kita sudah membuat perencanaan untuk rencana study anak-anak kita ? Dari mulai dia lahir hingga dia bisa menjadi orang yang berhasil (orang yang berhasil itu sangat relatif).
Dalam membuat perencanaan tersebut masih banyak aspek yang harus kita tau untuk setiap jenjangnya ! (misal : sekolah mana ? - biaya ? – waktu ? – usia orang tua ? – dan lain sebagainya) Ini baru salah satu dari pembuatan perencanaan untuk kehidupan kita, dan masih perlu kita buat perencanaan atas kehidupan keluarga, kehidupan pekerjaan / usaha, dan kehidupan pelayanan ! sehingga selaras dengan tujuan hidup kita.
Dalam kondisi dunia yang tidak pasti ini hanya ada satu yang pasti yaitu ketidak pastian, sehingga yang tidak pasti itulah yang mebuat orang bingung ! Banyak orang percaya gagal dalam menjalani kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan / usaha apalagi pelayanan !!! Kalau kita mendengar berita di media masa sekarang-sekarang ini diwarnai : perceraian – narkoba – kejahatan – aliran sesat – pengangguran -bencana alam ! Menurut saya salah satu penyebab terbesar adalah kita tidak punya perencanaan yang baik atas kehidupan kita. Berapa banyak orang tua membimbing anak-anaknya membuat perencanaan atas kehidupan anaknya ?!
Memang sudah terlambat kalo kita memulainya sekarang, akan tetapi lebih baik kita terlambat daripada kita tersesat ! Minimal kita persiapkan anak-anak kita sebagai generasi penerus ! yang akan menjadi harapan Tuhan, orang tua, bangsa dan gereja. Kita sebagai orang tua dan aktivis gereja memiliki tanggung jawab atas hal tersebut. Banyak anak-anak bingung dalam studynya, bingung dalam menentukan jurusan yang akan dipilih, bingung sewaktu memilih tempat kuliah, bingung mencari kerja, bahkan bingung menghadapi realita kehidupan !
Allah menjadikan kita dengan perencanaan yang sangat sempurna ! menurut gambar dan rupa Allah !!! BUKAN gambar dan rupa yang lain !!! jelas di sini ada suatu perencanaan ! jadi kita harus punya perencanaan atas kehidupan yang Tuhan percayakan pada kita ! Mari kita buat perencanaan agar kita tau : “Mengapa saya dan anda dapat seperti sekarang ini ?” Tuhan memberkati.

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1 : 26)