Mistery 666 Tingkah Laku Suami Istri !

Ini ada jokes untuk "Fun" ...see yah....

Sebelum Bobo:
6 minggu: selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach.
6 bulan: tolong matiin lampunya, silau nih.
6 tahun : Kesana-an doong... kamu tidur dempet2an kayak mikrolet gini sih?!

Pakai Toilet:
6 minggu: ngga apa-apa, kamu duluan deh, aku ngga buru2 koq.
6 bulan: masih lama ngga nih?
6 tahun: brug! brug! brug! (suara pintu digedor), kalo mau tapa di gunung kawi sono!

Ngajarin Nyetir:
6 minggu: hati-hati say, injek kopling dulu baru masukin perseneling ya
6 bulan: pelan-pelan dong lepas koplingnya.
6 tahun: pantesan sering ke bengkel, masukin persenelingnya aja kayak gini!

Balesin SMS:
6 minggu: iya sayang, bentar lagi nyampe rumah koq, aku beli martabak kesukaanmu dulu ya
6 bulan: mct bgt di jln nih
6 tahun: ok.

Dating process:
6 minggu: I love U, I love U, I love U.
6 bulan: Of course I love U.
6 tahun : Ya iyalah!! kalau aku tidak cinta kamu, ngapain nikah sama kamu??

Back from Work:
6 minggu: Honey, aku pulang...
6 bulan : I'm BACK!!
6 tahun: Si mbok masak apa hari ini??

Hadiah (ulang tahun):
6 minggu : Sayangku, kuharap kau menyukai cincin yang kubeli
6 bulan : Aku membeli lukisan, nampaknya cocok dengan suasana ruang tengah
6 tahun : Nih duitnya, loe beli sendiri deh yang loe mau

Telepon:
6 minggu: Baby, ada yang pengen bicara ama kamu ditelpon
6 bulan : Eh...ini buat kamu nih...
6 tahun : WOOIII TELPON BUNYI TUUUHHH....ANGKAT DUOOONG!!!

Masakan:
6 minggu: Wah, tak kusangka rasa makanan ini begitu lezaattt...! !!
6 bulan: Kita makan apa malam ini??
6 tahun: HAH? MAKANAN INI LAGI?

Memaafkan:
6 minggu: Udah gak apa-apa sayang, nanti kita beli lagi ya
6 bulan: Hati-hati! Nanti jatuh tuh.
6 tahun: KAMU GAK NGERTI2 YA DAH BERIBU2 KALI AKU BILANGIN

Baju baru:
6 minggu: Duhai kasihku, kamu seperti bidadari dengan pakaian itu
6 bulan: Lho, kamu beli baju baru lagi?
6 tahun: BELI BAJU ITU HABIS BERAPA??

Rencana liburan:
6 minggu: Gimana kalau kita jalan-jalan ke Amerika atau ke tempat yg kamu mau honey?
6 bulan: Ke Surabaya naik bis aja ya gak usah pakai pesawat...
6 tahun: JALAN-JALAN? DIRUMAH AJA KENAPA SEH? NGABISIN UANG AJA!

TV:
6 minggu: Baby, apa yg pengen kita tonton malam ini ?
6 bulan : Sebentar ya, filmnya bagus banget nih.
6 tahun: JANGAN DIGANTI-GANTI DONG CHANNELNYA AH! GAK BISA LIAT ORANG SENENG DIKIT APA ?!

Watch your .....then become ........

Watch your thoughts, then become your words

Watch your words, then become your actions

Watch your actions, then become your habits

Watch your habits, then become your character

Watch your character, then become your LIFE

How To Create LUCK?

David Beckham adalah orang yang beruntung (lucky). Bayangkan, kerjaannya hanya nendang-nendang bola, tapi dibayar $ 80.000 per minggu. Bersama istrinya, Victoria, kekayaan mereka berdua mencapai $ 100 juta.

Beckham adalah orang yang LUCKY.

Apa sih penentu keberuntungan seorang striker sepak bola? Tentu, dia bisa menendang bola tepat pada sasarannya adalah karena ia sering berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat (the right place at the right time).

Roger Hamilton di buku terakhirnya Your Life Your Legacy , menuliskan bahwa untuk mendapatkan LUCK itu perlu 4 pondasi, yaitu Location, Understanding, Connection, Knowledge.

LOCATION - Kita harus selalu berada di tempat yang tepat di saat yang tepat. Banyak orang yang setiap harinya sibuk ke sana kemari tapi tanpa di sadarinya ia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. LUCK berawal dari kemampuan kita memilih untuk selalu berada di tempat yang tepat di saat yang tepat. Contohnya Beckham itu. Makanya ia sering mencetak gol.

UNDERSTANDING - Setelah kita berada di tempat yang tepat dan waktu yang tepat, tugas kita selanjutnya adalah seperti Beckham: menendang bola itu supaya goal, atau TAKE ACTION. Banyak di antara kita hanya duduk menyaksikan pertandingan sebagai penonton. Kita harus jadi pemain yang menendang bola. LUCK datang bagi mereka para pemain, bukan penonton.

CONNECTIONS - Kita mengerti bahwa tugas kita sebagai pemain sepak bola adalah menendang bola ke dalam gawang. Kita memulai bisnis bertahun-tahun, tapi kok bolanya nggak datang-datang? Kita terus menunggu, menunggu dan menunggu bertahun-tahun. Beckham berhasil menendang bola yang berasal dari umpan pemain lain. Artinya, ia mendapatkan koneksi dari teman-teman satu timnya.

Para multi miliarder itu berhasil menendang bola ke dalam gawang mereka adalah berawal dari koneksi yang dibangun selama bertahun-tahun. Koneksi, menurut Roger Hamilton berbeda dengan jaringan (network). Banyak di antara kita memiliki network yang begitu luas, tapi penuh dengan penonton (spectators), bukan pemain. Makanya, peluang itu tidak kunjung datang.

KNOWLEDGE - Bola yang datang ke kaki kita tidak ada artinya kalau kita tidak tahu cara menendangnya. Semua peluang yang datang ke arah kita tidak ada artinya jika kita tidak tahu bagaimana memanfaatkannya.

Untuk mengetahui bagaimana cara menendang bola adalah dengan menjadi pemain. Semakin banyak bermain, semakin tahu. Semakin dini kita bermain di lapangan, semakin cepat juga kita mendapatkan keberuntungan (luck) itu.

Perubahan Itu Dari Dalam

Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir "Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya." Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana, Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.
Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, "Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja." Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut "sandal".
Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu. Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab seringkali dalam pandangan kita dunia adalah bayangan diri kita sendiri.
Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?

Apa yang akan kita wariskan ke anak-anak kita ???

Manusia terkaya di dunia 2008, Warren Buffet, memanggil ketiga anaknya sebelum merelakan US$31 milyar untuk disubangkan ke yayasan sosial.
Terjadi "transfer of wealth" dengan penyerahan hak yang luar biasa.

Siapa saja anaknya ?

1. Howard Graham Buffet : Bussinessman, politikus, ahli agriculture, photograper, pekerja konservatori (perlindungan hewan) dan penulis buku

2. Peter Buffet : Musikus, Komposer dan produser lagu dan film

3. Susie Buffet : Pengelola Buffet foundation

(Ketiga anaknya ini semua bekerja dan tidak ada yang menganggur menikmati harta orang tuanya yang berlimpah)

Ketiganya setuju, melepas sebagian besar hak waris mereka kepada badan sosial untuk kemanusiaan.

Mengapa warren buffet melakukan hal ini ?
harta yang seharusnya dapat di wariskan lebih ke anak2nya tetapi dia memutuskan untuk memberikan sebagian besarnya justru kepada badan sosial ?

Warren buffet berkata :

"I Want to give my kids JUST ENOUGH, so they would feel that they could DO ANYTHING, but NOT SO MUCH, that they would feel like DOING NOTHING"

"Saya mau memberikan kepada anak2 saya secukupnya sehingga mereka bisa melakukan segalanya,tetapi tidak terlalu banyak sehingga mereka merasa tidak perlu melakukan apa-apa "

Manusia terkaya di dunia tidak hanya berhasil membangun dan mewariskan kekayaan secara fisik, tetapi berhasil mewariskan nilai2 yang benar tentang kekayaan kepada anak-anaknya, yang rela melakukan penyerahan hak waris atas kekayaan ayahnya kepada yang lebih membutuhkan.

Apa yang akan kita wariskan ke anak-anak kita ???

Kisah Baut Kecil

Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas,
baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula. Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, "Awas! Berpeganglah erat-erat !!! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!" Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam. Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.
Sayang, dunia kerja seringkali berkebalikan dengan ilustrasi di atas. Kita malah cenderung girang melihat rekan sekerja "jatuh",bahkan kita akan merasa bangga apabila kita sendiri yang membuat rekan kerja gagal dalam tanggung jawabnya. Jika itu dibiarkan, artinya perpecahan sedang dimulai dan tanpa sadar kita menggali lubang kubur sendiri.
Apa yang disebut gaya hidup seorang seakan tidak berlaku di tempat kerja. Padahal setiap tindakan yang kita lakukan akan selalu disorot oleh Sang Atasan. Bagaimana sikap kita dengan rekan kerja? Mungkin saat rekan kerja menghadapi masalah, kita menganggap itu risiko yang harus ia hadapi sendiri. Tapi sebagai tim, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan. Jadi mengapa kita harus saling menjatuhkan? Bukankah hasilnya tentu jauh lebih baik jika kita saling mendukung dan bekerjasama menghadapi persoalan? Tuhan mengajarkan bahwa kita adalah satu tubuh. Jika satu anggota mengalami masalah, yang lainnya harus mendorong dan menguatkannya. Jangan sampai masalah yang dialami rekan kerja malah membuat kita senang. Tapi baiklah kita berseru,"Berpeganglah erat-erat! Tanpa kamu, kami akan tenggelam!"
Kegagalan atau kesuksesan rekan sekerja akan selalu mempengaruhi diri kita juga
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; -

MASA LALU ???

Mark Twain pernah mengatakan, Kalau seekor kucing pernah duduk di atas tungku panas, kucing itu tidak akan duduk di atas tungku panas lagi. Kucing itu juga tidak akan duduk lagi di atas tungku dingin.Kesimpulannya adalah kucing tersebut mengasosiasikan tungku dengan pengalaman yang buruk dan panas. Pengalaman yang buruk tersebut dibawanya terus, hingga ia menganggap setiap tungku (tidak peduli bahwa tungku itu dingin) adalah panas dan berbahaya.

Sedikit banyak kita juga seperti kucing tersebut. Sikap kita pada hari ini terbentuk dari pengalaman-pengalam an yang terjadi di waktu lalu. Jika dalam sebuah situasi yang terjadi di masa lalu kita mengalami kegagalan, maka pada situasi yang sama di waktu yang berbeda pun, kita sering percaya bahwa kita akan gagal lagi.

Sederet pengalaman buruk di masa lalu mungkin pernah kita alami. Kegagalan-kegagalan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita. Kesalahan-kesalahan fatal yang sebenarnya bisa dihindarkan. Pengambilan keputusan yang salah, yang menyisakan sederet akibat sampai hari ini. Juga masa kecil yang buruk, tindakan-tindakan kekerasan yang kita terima, baik secara fisik maupun psikis, ucapan atau tindakan yang merendahkan, miskinnya kasih sayang dari orang tua dan masih banyak hal yang menimbulkan kepahitan dalam hati.

Jadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran berharga bagi kita. Namun jangan pernah biarkan diri kita hidup di masa lalu. Jangan sampai pengalaman buruk di masa lalu menghantui dan membayangi kehidupan kita di masa kini. Jika tidak, hidup kita hanya akan dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran. Kita takut untuk mencoba hal-hal yang baru (yang mirip dengan kejadian buruk yang pernah kita alami). Kita takut untuk melihat masa depan, karena hidup kita masih dikuasai buruknya masa lalu. Kita takut untuk bersikap optimis. Kita takut menatap hidup dengan keberanian. Tapi, orang yang hidup dengan ketakutan tidak akan pernah sukses. Jadi, tinggalkan pengalaman buruk di masa lalu kita.

Saya lebih menyukai mimpi masa depan daripada sejarah masa lalu

Uang atau Anda ???

Seorang anak bertanya pada ibunya, Mama, kenapa mama tidak mau bermain bersamaku?Karena mama tidak punya waktu.. jawab ibu anak tersebut. Dialog pun berlanjut. Mengapa mama tidak punya cukup waktu?Karena mama harus kerja". Kenapa mama harus kerja?Agar mama mendapat uang, Mengapa mama ingin mendapat uang? Agar bisa memberi kamu makan. Si anak terdiam sejenak. Kemudian ia berkata lagi, Mama, saya tidak lapar *(Willi Hoffsuemmer) .

Dialog seperti itu mungkin pernah kita temui di kehidupan sehari-hari. Anak kita ingin supaya kita bisa menjadi teman mainnya dan memberikan sebagian waktu kita untuknya. Namun terkadang pekerjaan di kantor sudah menunggu untuk segera dikerjakan. Alhasil anak kita hanya mendapatkan kekecewaan dan bukan waktu kita untuknya.

Hidup memang harus bekerja, namun hidup bukanlah untuk pekerjaan saja. Artinya, kita juga harus pandai dan bijak mengatur waktu untuk anak dan keluarga. Jangan pernah beranggapan bahwa keluarga akan berterima kasih karena kita telah memberikan banyak kecukupan dalam materi dan finansial. Justru saat mereka terbiasa hidup tanpa kedekatan dengan kita, itu adalah hal yang akan berdampak buruk bagi perjalanan sebuah keluarga.

Sekarang saatnya mengganti cara pandang kita terhadap pekerjaan dan keluarga. Pekerjaan memang penting karena menyangkut kebutuhan keluarga. Tetapi jangan sampai kebahagiaan keluarga yang tentunya adalah satu tujuan kita bekerja justru dikorbankan demi pekerjaan itu sendiri. Aturlah waktu untuk mengajak keluarga berlibur atau minimal tiap hari luangkan waktu untuk berbincang soal aktivitas yang dilalui sehari ini. Jadilah orang yang tidak hanya disukai dan berprestasi di tempat kerja, tetapi juga di keluarga. Ingat, kehadiran Anda di tengah keluarga menentukan seberapa besar respon keluarga pada Anda. Tempatkan posisi Anda di tengah keluarga, seperti Allah telah menempatkan Anda di sebuah keluarga yang menunggu perhatian dan kasih sayang Anda.

Keluarga lebih membutuhkan kehadiran kita, melebihi banyaknya uang yang kita beri.

Tanah

Tanah tidak pernah memilih benih. Tanah tidak mempedulikan apa yang bakal kita tanam. Jika kita menaburnya dengan benih padi, tanah akan merespon benih itu dan menumbuhkannya. Demikian juga jika kita menaburnya dengan rumput teki, gulma liar atau tanaman-tanaman pengganggu lainnya, tanah juga tidak mempedulikannya melainkan akan merespon benih itu dan menumbuhkannya juga.

Sebagaimana tanah akan merespon dan menumbuhkan setiap benih tanpa membeda-bedakan benih apakah itu, demikian juga halnya dengan pikiran kita. Pikiran kita seperti tanah yang akan menerima, merespon dan menumbuhkan hal apapun juga, tidak peduli hal yang baik maupun hal yang buruk. Tidak peduli itu membawa kita kepada keberhasilan atau sebaliknya membawa kita kepada kemerosotan.

Apa yang kita tanamkan dalam pikirkan akan sangat mempengaruhi kehidupan kita. Jika kita menanamkan ke dalam pikiran, perkataan-perkataan negatif seperti ini : aku tidak bisa, aku tidak mampu, ini tidak mungkin berhasil, aku sangat payah, aku memang ditentukan hidup miskin, aku akan kalah, dsb., maka hal-hal negatif tersebut akan direspon oleh pikiran kita dalam bentuk sikap dan tindakan, yang kemudian hasilnya akan menjadi sama persis seperti apa yang kita tanam. Sebaliknya jika kita menanamkan ke dalam pikiran, hal-hal yang positif, antusiasme, hal-hal yang benar, dsb., maka pikiran juga akan merespon hal tersebut ke dalam sikap dan tindakan kita sehingga akhirnya hidup kita menjadi berhasil.

Intinya, benih awal yang kita tanamkan ke dalam pikiran akan menentukan hasil akhir dari hidup kita. Itu sebabnya kita perlu hati-hati dan hanya akan menanamkan hal-hal yang positif saja dalam pikiran kita. Pikiran kita seperti komputer yang akan patuh dan siap melakukan tepat apa yang kita suruhkan. Jangan lupa bahwa pikiran kita tidak mempedulikan perintah apa yang kita berikan. Jadi, inilah alasan mengapa kita perlu memprogram pikiran kita dengan hal-hal yang positif.

Pikiran kita seperti tanah yang akan menerima semua benih dan menumbuhkannya.

AYAH IDAMAN KITA

Seandainya hari ini kita memilki uang, intan berlian dan sebagainya, maka untuk membeli rumah mewah mungkin tidak soal, tetapi “Ayah” , orang tua kita tidak bisa di beli dengan uang. Banyak hal di dunia ini yang bisa kita dapatkan dan ganti, namun Ayah sekali tidak, walaupun kadang dengan terpaksa sang ibu menggantinya, tetapi nama dan statusnya sudah berubah, menjadi Ayah tiri. Kadang pada waktu kecil kita tidak mengerti, kita merasa iri pada anak lain , Karena Ayah mereka lebih keren, lebih kaya dan gagah. Itulah model pemikiran seorang anak. Banyak kesaksian kita dengar berhubung dengan seorang ayah. Ayah begitu mepengaruhi kehidupoan kita, ia luar biasa dan sebagainya. Di lain pihak ada yang mengatakan saya kecewa pada ayah, saya tidak pernah ada pengalaman manis dengan sang ayah. Karena ayah telah meninggalkan kami sejak kami kecil. Bagi para pria yang telah menjadi ayah, hari ini anda menjadi ayah yang baik, atau ayah yang bobrok? Pernahkah anda merasa rindu suatu hari anak-anak anda bersaksi pada orang banyak bahwa anda adalah ayah yang baik? Melalui kesempatan ini saya ingin merperlihatkan kepada anda akan tuntutan seorang anak kepada ayah FATHER
1. Faithfull Pernahkah anda mendengar tentang kisah Ayub? Ia orang yang saleh, jujur dan taat pada firman Tuhan (faithfull). Selain itu ia kaya raya, anaknya ada sepuluh orang. Saban malam anak-anaknya mengadakan pesta secara bergiliran. Lalu apa yang dilakukan Ayub sebagai seorang ayah? Setiap pagi ia senantiasa mengecek kehidupan anak-anaknya. Pagi-pagi ia datang padd Tuhan dan memoghon pengampunan pada Tuhan, sebab mana tahu sewaktu pesta anak-anaknya melelukan dosa. Berbeda dengan imam Eli, ketika orang-orang Isreal mempersembahkan daging kepada Tuhan, maka anak-anak Imam Elis ini mencegatnya terlebih dahulu. Mereka mengambil minyaknya lalu sisanya baru diberikan kepada Imam Eli untuk dipersembahklan kepada Tuhan. Oleh sebab itu maka Tuhan tidak tinggal diam, Ia menghukum mereka. Jaman ini para orang tua lebih mementingkan masalah-masalah duniawi ketimbang masalh rohani. Benar para orang tua sangat memperhatikan anak-anakya, namun terjadi ketimpangan. Jika anak-anak malas mengikuti les piano, bahas Inggris dan sebagainya , maka kemungkinan besar anak itu akan dihukum., Tetapi jika anak-anak itu malas ke gereja, para orang tua membiarkannya seperti angin berlalu. Apakah anda adalah ayah yang demikian?
2. Abillity Ada kekuatan dan kesanggupan sang ayah untuk mendidik anak dengan kerohanian yang takut akan Tuhan. Jadi sang ayah tidak hanya kerjanya mencari uang, atau belajar firman Tuhan secara pribadi. tetapi ia juga harus membawa anak-anaknya terlibat di dlamnya. Jika para ayah lalai, maka tidak heran banaykj anak-anak mereka karakter kerohaniannya berbeda. Sang ayah begitu semangat melayani, mendukung penuh pekerjaan Tuhan, tetapi sanag anak malah tidak ke gereja. Jika kita lihat Yusuf, sejak kecil ia sudah tidak bersama ayah dan ibunya. Tetapi tatkala berada di Mesir, ia tetap taat pada firman Tuhan. Apa rahasianya? Padahal pada waktu itu belum ada Alkitab. Jika kita telusuri dari tradisi orang Israel maka kemungkinan besar peran Yakub sangat besar di sini, walaupun ia sendiri bukan manusia sempurna, seperti tertulis dalam Ulangan 6, Tuhan memerintahkan agar umat-Nya mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya. Demikian juga Daud, ia juga bukan ayah yang sempurna. Namun tatkala ia lanjut usia , ia meberikan nasihat kepada anaknya Salomo supaya takut akan Tuhan. Jaman sekarang banayk ornag tua yang begitu taat pada Tuhan, rajin beribadah, melayni Tuhan dengan semangat; namun sayangnya spiritual semacam ini hanya berlaku pada dirinya sendiri saja, banyak yang tidak sanggup menularkan pada anak-anaknya. Oleh sebab itu hai para ayah, waspadalah; jika hari ini anda mengasihi Kristus pastikan anak anda juga demikian.
3. Tactical Seorang ayah harus bijaksana, termasuk juga memutuskan persoalan hidup anaknya. Ada ayah yang hanya melihat darfi segi materi. Termasuk tujuann menyekolahkan anaknya selalu dikaitkan dengan uang. Apabila melihat seorang teman pria anaknya, yang diperhatikan adalah penampilan luarnya. Jika ia datang dengan pakaian necis, mobil mewah , maka sambutannya hangat sekali. Namun sebaliknya bila ia mengendara mobil butut, penampilan kurang meyakinkan, maka sambutannya menjadi hambar. Ayah yang bijaksana sangat sensitif terhadap kebutuhan anak-anaknya. Ia bahkan bukan hanya bekerja mencari uang untuk anak-anaknya, tepi ia juga memberi dirinya untuk anak-anaknya. Kasih sayangnya kepada anaknya bukan sekadar penampakan dari luar, tetapi lebih dari itu ia merelakan diri berkorban demi anak-anaknya. Yakub Ayub dan Daud semacam ayah yang demikian, mereka berdua dalam beberapa hal cukup bijak dalam mendeteksi masalah kerohanian anak-anak mereka. Berbeda dengan imam Eli yang nampaknya kurang memperhatikan itu.
4. Harmony Keharmonisan dari seorang ayah terhadap anaknya sangat didambakan oleh anak-anak masa kiini. Jika jaman dulu sering kali ayah itu dianggap semacam sosok yang sangat ditakuti oleh anak-anaknya, dengan demikain tercipta hubungan yang renggang dari anak-anaknya. Jaman sekarang semestinya patra ayah tidak harus lagi demikian. Ayah bisa dianggap seperti teman, yang melaluinya kita bisa bersenda-gurau (canda) bersama. Kesibukan seorang ayah di dalam pekerjaan kadang kala menyita waktu mereka yang padahal seharusnya diperuntukkan bagi seorang anak. Kondisi semacam ini juga sering dialami oleh para pendeta yang melayani purnah waktu di gereja. Anak-anak mereka memiliki waktu senggang setiap akhir pekan sementara ayahnya sibuk pelayanan pada saat itu. Oleh sebab itu jika anda mengalami kondisi demikian maka perlu mencari jalan keluarnya , misalnya mengambil cuti dan liburan bersama anak-anak, sehingga keharmonisan yang hilang itu dapat direbut kembali.
5. Emphaty Ada rasa perhatian mendalam dan turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anak-anak. Biasanya seorang anak pada usia remaja menanjak ke pemuda, merkwa hidup penuh gairah dan energik, itu sebabnya supaya jalan kehidupan mereka lurus diperlukan idola untuk diteladani. Nah, jika seorang ayah yang sibuk dalam pekerjaan, sehingga perhatian pada anak-anak juga kurang, sudha jelas ia tidak dapat mengetahui selek belum sang anak. Bahkan apa yang sedang digeluti dan pergumulan sang anak tidka diketahui oleh ayah sama-sekali. Dengan kondisi ini sudah jelas sang ayah tidak akan pernah turut mersakan (empati) terhadap mereka. Nah, bila anak-anak tidak mendapatkan rasa perhatian itu di rumah, sudah tentu ia akan mencari tempatnya di luar. Di luar itu bisa berupa orang-orang ataupun barang-barang, yakni obat bius dan pergaulan bebas. Ayah yang memilki “empati” terhadap anak-anaknya sangat dibutuhkan pada jaman ini, semoga anda orangnya.
6. Respoinsibility Ayah yang bertanggung jawab adalah ayah yang rela berkorban bagi anak-naknya dan tidak memperhitungkan perlakuan anaknya terhadapnya. Lukas menggambarkan ayah dalam peristiwa anak hilang itu sebagai ayah yang sempurna. Pada waktu sang anak bungsu meminta warisan sang ayah masih hidup. Tentu hal ini tidak biasa, namun ayah ini tidak dendam. Bahkan tatkala anaknya itu meninggalkannya dan pergi merantau, sang ayah terus menerus menantinya kembali. Hal ini membuktikan bahwa ayah ini tidak dendam pada anaknya dan ia merasa bertanggung jawab untuk memelihara anaknya walupun kadang sang anak melakukan perbuatan yang keliru.

Selamat datang Father, happy father’s day. Jadilah Ayah Idaman, ayah yang takut akan Tuhan , dan yang mengajarkan anak-anaknya hal yang sama. Ayah yang diidam-idam kan oleh semua anak-anak di dunia ini. Semoga!

KEGAGALAN DAN KESUKSESAN

Siapakah presiden Amerika Serikat yang terkenal sebagai ahli pidato, yang pidato-pidatonya sangat menarik dan memukau banyak orang ? Ia tidak lain dan tidak bukan adalah Abraham Lincoln. Tahukah saudara bahwa untuk meraih kesuksesan dalam meniti karier sebagai presiden, ia memerlukan waktu hampir 30 tahun. Dan ia telah mengalami jatuh bangun, mengalami kegagalan demi kegagalan. Ia bisa menjadi presiden karena ia selalu berusaha, maju terus, pantang mundur dan tidak menyerah.

Apakah saudara ingin mengetahui beberapa kali ia mengalami kegagalan ? Berikut ini daftar kegagalan yang telah dialami Abraham Lincoln, yaitu tahun 1831 ia mengalami kebangkrutan dalam usahanya, 1832 ia menderita kekalahan dalam pemilihan tingkat lokal, 1833 ia kembali menderita kebangkrutan, 1835 istrinya meninggal dunia, 1836 ia mendertia depresi berat yang hampir membawanya masuk rumah sakit jiwa, 1837 ia menderita kekalahan dalam suatu kontes pidato, 1840 ia gagal dalam pemilihan anggota senat Amerika Serikat, 1842 ia mendertia kekalahan untuk duduk di dalam kongres Amerika, 1848 ia gagal lagi di kongres, 1855 ia gagal lagi di senat, 1856 ia gagal dalam pemilihan untuk menduduki kursi wakil presiden, 1858 ia gagal lagi di senat, dan baru tahun 1860 ia akhirnya berhasil menjadi presiden Amerika Serikat.

Saudara, tentunya setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami kegagalan, baik yang berhubungan dengan kerohanian, pendidikan, pekerjaan maupun masalah pribadi. Frekwensi kegagalan dan cara mengatasinya, tentunya sikap orang juga berbeda-beda. Setiap kegagalan yang kita alami dalam hal terkecil sekalipun menjadi guru yang baik bagi kita. Yang penting bagi kita adalah jangan mudah menyerah, putus asa dan lemah iman. Bukankah ada ungkapan yang mengatakan, "Kegagalan adalah sukses yang tertunda." Tetaplah bersemangat dan terus perjuangkan apa yang menjadi tujuan Saudara.

Ingatlah saudara, bahwa segala perkara dalam hidup kita, termasuk kegagalan dan kesusksesan diijinkan Tuhan terjadi untuk maksud kebaikan kita. Tuhan turut bekerja dalam setiap kegagalan dan kesuksesan kita, agar kita mengerti dan hidup di dalam kehendakNya. Tuhan mempunyai maksud yang baik di balik setiap peristiwa (Rom 8 : 28). Tuhan memberikan yang terbaik bagi setiap anak-anakNya. Teladanilah kehidupan Yusuf, karena apa saja yang dilakukan dibuat Allah menjadi berhasil. Ia hidup takut akan Allah dan berkenan di hati Allah. (Kej. 39:2).

Fokus Pada Masalah atau Pada Solusi?

Efisiensi adalah suatu hal yang penting di dalam dunia manajemen. Sebagai seorang anggota tim yang baik, kita memiliki tanggungjawab bukan hanya dalam membawa tim kita mencapai tujuan bersama, tetapi juga tanggungjawab dalam mencari cara terbaik untuk memecahkan setiap masalah yang terjadi.

Tetapi seringkali kita terkecoh saat menghadapi suatu masalah dan walaupun masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.

Mari kita coba lihat dalam dua kasus di bawah ini:

1.) Salah satu dari kasus yang ada, adalah kasus kotak sabun yang kosong, terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang.

Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan, bahwa ia telah membeli kotak sabun yang kosong.

Dengan segera para pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman. Karena suatu alasan, ada satu kotak sabun yang terluput dan mencapai bagian pengepakan dalam keadaan kosong.

Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut.

Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan, bahwa kotak tersebut tidak kosong. Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat, tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.

Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda.

Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan.

2.) Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan, bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena.

Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu dekade dan USD 12 juta. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan, seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan, termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius.

Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia.....??? Mereka menggunakan pensil........!!!!

Moral cerita ini adalah sebuah filosofi yang disebut KISS (Keep It Simple Stupid), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah. "Bila kita melihat pada apa yang tidak kita punya di dalam hidup kita, kita tidak akan memiliki apa-apa. Tetapi bila kita melihat pada apa yang ada di tangan kita, kita memiliki segalanya." (Rayong, 19 Mei 2005).

: Kita di dunia bukan utk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, tapi untuk belajar mencintai orang yg tidak sempurna dgn cara yg sempurna.

: Suatu kerugian besar untuk merasa benci pada seseorang, karena sekesal apapun kita belum tentu dia tahu kita benci, atau lebih parah lagi, dia tidak peduli.

: Jadi tua itu harus, jadi dewasa itu pilihan.

MAMPUKAH KITA MENCINTAI ISTRI KITA TANPA SYARAT???

Ini cerita Nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana Di Indonesia .


MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT

Buat para suami baca ya..... istri & calon istri juga boleh..

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.. mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur.... Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah..

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.......bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" . dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami
mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian". .

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka." Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... ..tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno... dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2... disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.

"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..

Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,"

GAYA KOMUNIKASI

Ada orang-orang tertentu yang seolah-olah dilahirkan untuk menjadi orang yang sukses dalam pergaulan. Dengan mudahnya mereka dapat menjalin persahabatan setiap bertemu dengan teman yang baru. Bukan itu saja, persahabatan mereka pun biasanya bertahan sampai kekal. Sebaliknya, ada pula orang-orang yang justru mengalami kesukaran dalam pergaulan. Tema "disalah mengerti" merupakan tema pokok hidup mereka meski mereka tak henti-hentinya berusaha mengoreksi diri. Banyak faktor yang terlibat yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kita dalam pergaulan, salah satunya adalah gaya kita berkomunikasi.

Tanpa kita sadari, sebenarnya gaya komunikasi itu sendiri adalah bagian dari isi berita yang kita komunikasikan. Pada umumnya orang yang sukses dalam pergaulan bukan saja memahami dampak gaya komunikasinya pada orang lain, ia pun telah berhasil mengubahnya menjadi gaya komunikasi yang luwes dan menyenangkan. Gaya komunikasinya bukan saja tidak mengganggu isi berita yang ingin ia sampaikan, malah gayanya yang luwes itu menambah kekuatan atau bahkan adakalanya melengkapi kekurangan isi berita yang ingin ia kemukakan. Di bawah ini saya mencoba menjabarkan TUJUH GAYA KOMUNIKASI YANG TIDAK SEHAT. Mudah-mudahan dapat menolong kita memperbaiki keterampilan yang sangat penting ini.

Gaya 1: Si Penganggap

Ungkapan yang biasanya terlontar dari dirinya adalah, "Saudara seharusnya sudah mengerti maksud saya." Si Penganggap umumnya melakukan satu kesalahan yang cukup serius dalam komunikasi, yakni menganggap orang lain pasti memahami isi hatinya. Sebelum kita menganggap orang lain sudah menangkap maksud kita, kita perlu mengecek ulang, apakah benar ia sudah memahami pembicaraan kita. Gaya komunikasi seperti ini acap kali membuahkan kekecewaan dan bahkan kemarahan.

Gaya 2: Si Sepenggal

Orang ini berpikir, "Bukankah sudah saya katakan semuanya itu?!" namun sesungguhnya yang terjadi adalah ia memang belum mengemukakan seluruh pikirannya -- baru sepenggal saja. Sewaktu kita berbicara, kecepatan pikiran kita bergerak dari satu topik ke topik yang lainnya tidaklah sama dengan kecepatan lidah kita mengungkapkan isi pikiran itu sendiri. Bagi Si Sepenggal, pikirannya bergerak telalu cepat atau lidahnya terlalu lamban sehingga maksud hatinya tidak tertuang sepenuhnya melalui bahasa ucapan. Masalahnya ialah, ia tidak menyadari hal ini, sehingga dalam benaknya, ia sudah mengatakan semua yang ingin ia sampaikan. Si Sepenggal rentan terhadap frustasi karena komunikasinya menjadi terpotong-potong dan sudah tentu, membuka pintu terhadap kesalahpahaman.

Gaya 3: Si Peremeh

Ucapan Si Peremeh pada umumnya ditandai dengan kalimat sejenis ini, "Kenapa tidak mengerti-mengerti?" atau "Memang bodoh kamu!" Si Peremeh memiliki satu masalah yang lumayan serius yakni ia memperlakukan semua orang sama seperti dirinya. Alhasil, apabila orang lain tidak bisa mengikuti kemauan atau pikirannya, ia pun marah. Sewaktu marah, bukannya ia melihat bahwa memang orang lain berbeda dengannya, ia justru memandang perbedaan sebagai kekurangan di pihak orang lain. Gaya komunikasi ini cenderung merusakkan hubungan dengan orang lain. Siapa saja yang pernah disakitinya akan menjaga jarak karena tidak mau terluka lagi.

Gaya 4: Si Penyenang

Si Penyenang mempunyai satu misi dalam hidupnya, yakni menyenangkan hati semua orang. Akibatnya, tema seperti ini sering keluar dari bibirnya, "Saya akan lakukan apa saja bagimu asal kamu bahagia." Bicara dengan Si Penyenang memang bisa menyenangkan karena ia akan mengangguk-angguk saja, namun biasanya gaya komunikasi ini dapat mendangkalkan relasi pribadi. Sukar sekali untuk mengetahui hati Si Penyenang karena ia tidak terbuka. Ketidakterbukaannya itu juga cenderung membuatnya menumpuk semua perasaan dalam hati. Kalau tidak tertahankan, ia mudah menjadi orang tertekan dan tidak bahagia.

Gaya 5: Si Pelupa

Kita bisa lupa dan adakalanya sengaja melupakan peristiwa tertentu. Malangnya, Si Pelupa lupa dan melupakan terlalu banyak hal dan frekuensinya terlalu sering. Ia acap kali berujar, "Tidak, saya tidak mengatakan hal itu." Namun kenyataannya ialah ia mengatakan hal tersebut. Baik lupa atau melupakan informasi yang akhirnya dibutuhkan oleh orang lain cenderung melemahkan kepercayaan orang pada dirinya sendiri. Orang lain dapat membentuk anggapan bahwa Si Pelupa meremehkan atau bisa juga, orang lain menilai bahwa Si Pelupa tidak tulus. Ini bahaya! Komunikasi sangat bergantung pada kepercayaan; tanpa itu, yang mendengar adalah suara belaka.

Gaya 6: Si Pendebat

Repot juga berkomunikasi dengan Si Pendebat karena pembicaraan dengannya cenderung menjadi arena balapan kebenaran. Perhatikan kata- kata yang biasanya keluar dari mulutnya, "Apa benar saya berkata demikian? Apa kamu yakin? Bagaimana dengan dirimu sendiri?" Si Pendebat kaya dengan kata-kata dan gaya berkomunikasinya mirip dengan taktik menyerbu orang lain dengan bombardemen kata-kata. Si Pendebat cenderung melemparkan fokus masalah ke pihak lawannya sehingga ia bebas dari kesulitan. Gaya komunikasi ini bisa menimbulkan rasa tidak suka dan jenuh pada orang lain karena bicara dengannya membuat diri merasa diserang. Lebih jauh lagi, Si Pendebat akhirnya membuat orang beranggapan bahwa ia senantiasa mengelak dari tanggung jawabnya.

Gaya 7: Si Talenan

Rasa iba, kasihan, simpati adalah beberapa kata yang sering diasosiasikan dengan Si Talenan karena perasaan-perasaan seperti itulah yang timbul tatkala melihatnya. Si Talenan selalu menyediakan dirinya menjadi sasaran tudingan orang lain tanpa benar-benar menyadari di mana letak kesalahannya (kalau memang ada). Ucapan seperti ini cenderung muncul dari bibirnya, "Betul, memang saya yang salah dan sudah sepantasnya dimarahi." Masalahnya ialah, ia melakukan itu karena tidak berani atau berkekuatan memperhadapkan orang lain dengan kebenaran. Ia tidak suka keributan dan baginya silang pendapat tidaklah bijaksana, jadi, harus dihindarkan. Gaya komunikasi ini sangat merugikan dirinya dan bisa mengundang penghinaan dari orang lain. Orang lain semakin berani berbuat sekehendak hatinya tanpa mempedulikan perasaannya. Namun, bukankah ia jugalah yang memulainya?

Dari penjelasan di atas kita melihat bahwa gaya komunikasi dapat memancarkan kepribadian kita yang sesungguhnya, namun bisa pula merupakan gaya yang dipelajari. Adakalanya untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain, kita terpaksa mengikuti gaya komunikasi yang tertentu. Atau kita belajar dari keluarga kita sendiri sehingga kita menganggap gaya komunikasi kita dipahami semua orang, alias universal. Jika gaya komunikasi kita memang merupakan buah kepribadian sendiri, sudah tentu perlu koreksi. Obat penawarnya ada beberapa, misalnya meminta tanggapan orang lain. Mungkin kita dapat memeriksa ucapan-ucapan kita dengan lebih teliti dan menanyakan, apa kira-kira yang orang lain rasakan (bukan kita, sebab kalau kita, mungkin sekali kita tak merasa apa-apa karena sudah terbiasa) tatkala mendengar kata-kata kita. Kita rela membayar mahal dan menanamkan waktu yang panjang untuk pendidikan kita; ironisnya, kita sering tidak bersedia membayar mahal untuk belajar menyehatkan gaya komunikasi kita. Memang, adakalanya hal yang penting tampaknya sederhana.

PENDELEGASIAN

Sebenarnya, apakah pendelegasian itu? Ada yang berkata, "Sharing is delegation." Pernyataan ini adalah prinsip dasar umum yang menjelaskan apa sebenarnya pendelegasian itu. Bagian ini secara khusus akan menguraikan pengertian pendelegasian serta semua aspek terkait yang ada di dalamnya.

PENGERTIAN PENDELEGASIAN

1. Pendelegasian ialah proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasi/keorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin orang dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja-yang berkaitan dengan pemastian tugas.

2. Pendelegasian ialah tindakan memercayakan tugas (yang pasti dan jelas), kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam organisasi.

DASAR PENDELEGASIAN
Pokok pembahasan tentang dasar pendelegasian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan "mengapa pendelegasian itu penting?" Atau "mengapa pendelegasian itu penting dalam hidup dan kerja suatu organisasi?" Pendelegasian itu sangat penting bagi hidup dan kerja setiap organisasi dengan alasan-alasan mendasar berikut di bawah ini.

1. Pemimpin hanya dapat bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain, sesuatu yang hanya dapat diwujudkannya melalui pendelegasian.

2. Melalui pendelegasian, pemimpin memberi tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan demi pemastian tanggung jawab tugas (agar setiap individu peserta suatu organisasi berfungsi secara normal).

3. Dengan pendelegasian, pekerjaan keorganisasian dapat berjalan dengan baik tanpa kehadiran pemimpin puncak atau atasan secara langsung.

4. Dalam pendelegasian, pemimpin memercayakan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sekaligus "menuntut" adanya hasil kerja yang pasti dari bawahan.

5. Dalam pendelegasian, pemimpin memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sepadan bagi pelaksanaan kerja sehingga bawahan dengan sendirinya dituntut untuk bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan kerja.

SIFAT DELEGASI

1. Pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat hierarki organisasi. Besar kecilnya pendelegasian adalah sesuai dengan tugas, hak, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban setiap individu dalam hierarki organisasi.

2. Pendelegasian tidak dapat ditransfer dari satu tugas ke tugas yang lain dalam suatu organisasi karena satu pendelegasian berlaku untuk satu tugas saja.

SIKAP TERHADAP DELEGASI

Ada beberapa sikap terhadap delegasi/pendelegasian yang memiliki efek negatif ataupun positif. Sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pemimpin sering tidak mendelegasikan tugas karena pelbagai alasan, yaitu pemimpin tidak tahu atau takut, dan mempertahankan status quo, serta tidak memercayai orang lain/mencurigai orang lain.

2. Pemimpin sering mendelegasikan semua tugas karena pemimpin tidak tahu ataupun ingin membebaskan diri/meringankan diri dari kewajibannya.

3. Pemimpin sering mendelegasikan sedikit tugas karena pemimpin takut atau sangat hati-hati, atau kurang/tidak percaya.

4. Pemimpin dapat dan patut mendelegasikan tugas dengan bertanggung jawab. Hal ini dapat dilakukan dengan memerhatikan beberapa faktor penting berikut ini.

1. Tugas yang tepat harus diberikan kepada orang yang tepat pula, sesuai dengan kapasitas/kompetensi yang ada padanya.
2. Tugas yang tepat yang akan didelegasikan harus sepadan dengan wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang tepat pula.
3. Memercayakan suatu tugas harus disertai perhitungan waktu yang tepat, kondisi yang tepat dalam suatu sistem manajemen terpadu yang baik.
4. Pendelegasian harus dilaksanakan dengan ekspektasi pragmatis yang didukung oleh sistem pengawasan yang baik guna menciptakan efektivitas dan efisiensi kerja serta produksi yang tinggi.
5. Pemimpin sebagai pemberi tugas harus secara konsisten memberikan dukungan penuh ("backing") kepada setiap bawahan yang menerima pendelegasian tugas darinya.
6. Pendelegasian yang dilaksanakan dengan cara yang tepat, dapat didefinisikan sebagai empat hal berikut.

* Cara bijaksana, yaitu sikap bertanggung jawab penuh dari pemimpin dan bawahan. Pemimpin melaksanakan pendelegasian serta memberi dukungan, sementara bawahan siap serta taat kepada pemimpin dalam melaksanakan tugas/tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.

* Cara konsistensi, yaitu sikap pasti yang terus-menerus dipertahankan oleh pemimpin dan bawahan, antara lain:
1. tetap (tidak berubah) -- berdasarkan ketentuan/polisi kerja organisasi yang berlaku;
2. teratur (berdasarkan sasaran/kecepatan/ketertiban yang diminta) -- sesuai dengan sistem manajemen organisasi yang ada.
3. terus-menerus (mencegah/mengatasi hambatan dengan bekerja secara tetap) -- yaitu sesuai dengan tuntutan kerja dan batas waktu yang telah ditetapkan.

* Efektif dan efisien, yaitu memperhitungkan faktor kualitas dan kuantitas kerja.

* Pragmatis dan produktif, yaitu berorientasi kepada hasil atau produksi tinggi, sesuai dengan perencanaan.

SIKAP PEMIMPIN TERHADAP PENDELEGASIAN

Pendelegasian hanya akan berfungsi secara efektif apabila pemimpin memahami dan mengambil sikap yang tepat terhadap pendelegasian itu.

1. Pemimpin tertinggi dan yang setingkat di atas setiap bawahan bertanggung jawab penuh atas tugas yang didelegasikan dengan memberi dukungan penuh kepada bawahan dengan memenuhi apa yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas.

2. Pemimpin yang mendelegasikan tugas bertanggung jawab memberi kredit kepada setiap pelaksana tugas atas hasil kerja yang telah diperlihatkannya.

3. Pemimpin yang mendelegasikan tugas mutlak bertanggung jawab penuh atas sukses atau gagalnya suatu pelaksanaan kerja serta segala konsekuensi yang ditimbulkan oleh setiap bawahannya.

POLA PENDELEGASIAN

Pola pendelegasian yang membawa hasil memiliki ciri-ciri khusus yang harus dipahami oleh setiap orang. Ciri-ciri khusus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pendelegasian yang menghasilkan bukanlah pendelegasian pesuruh/babu "Jalankan ini, jalankan itu, lakukan ini, lakukan itu, dsb." Pendelegasian yang sebenarnya tidak berfokus pada prosedur- prosedur dan cara-cara yang digunakan, tetapi terarah kepada upaya pencapaian sasaran/target dan hasil-hasilnya. Prosedur dapat ditetapkan dalam polis/suatu ketentuan, tetapi cara/metode harus dicari sendiri dan dikembangkan oleh setiap pekerja.

2. Pendelegasian yang menghasilkan adalah pendelegasian penatalayanan, yaitu pendelegasian yang berwawasan serta bertujuan melayani. Aspek-aspek pendelegasian ini dikemukakan di bawah ini.
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi bidang berikut.

* Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan ("desired results").
1. Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama diarahkan kepada hasil produksi.
2. Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
* Pelaksanaannya dilandasi pedoman/petunjuk ("guidelines") yang jelas, baik bagi tugas maupun pelaksana tugas. Artinya pendelegasian menyatakan pedoman-pedoman, larangan-larangan, dan batas-batas dimana seseorang harus bekerja/melakukan kewajibannya. Hal ini menolong setiap orang untuk bekerja dengan baik/patut.
* Melibatkan sumber-sumber daya ("resources") yang pasti. Pendelegasian menyatakan (disertai dengan pernyataan) akan adanya sumber-sumber daya, antara lain sumber daya manusia, keuangan, teknis, atau organisasi yang dapat dipakai seseorang untuk menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepadanya.
* Dinyatakan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban ("responsibility" dan "accountability"). Pendelegasian menyatakan patokan yang akan digunakan untuk menilai hasil/prestasi akhir, yang diwujudkan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban kerja yang dapat dilakukan dengan membuat/memberi pelaporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
* Mempertimbangkan risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki ("consequences"). Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat yang akan terjadi, yang baik maupun yang tidak baik, sebagai hasil dari suatu pekerjaan atau tugas yang didelegasikan. Akibat-akibat ini dapat diukur melalui evaluasi/pengkajian yang dilakukan dengan meneliti deskripsi tugas dan hasil kerja atau produk yang telah dilakukan atau dihasilkan. Dengan menanyakan apakah semuanya ini telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan rencana, ketentuan dan prosedur, ataukah malah sebaliknya.

MEMASTIKAN PELAKSANAAN PENDELEGASIAN

Untuk memastikan bahwa pendelegasian berlangsung dengan baik, hal berikut harus diperhatikan.

1. Sangatlah perlu menerapkan supervisi/pengawasan yang bersifat langsung/tidak langsung, untuk memastikan bahwa pendelegasian berjalan dengan baik.
2. Sistem dan peluang untuk menerima masukan, yang bersifat terkontrol dan tidak terkontrol juga perlu disiapkan.
1. Masukan terkontrol dapat dilaksanakan dengan wujud laporan berkala dan laporan insidentil (dalam bentuk tertulis/lisan).
2. Masukan tidak terkontrol dapat dilihat pada hasil nyata yang dicapai dalam pengerjaan tugas, atau cara lain, antara lain menyediakan peluang/kondisi untuk berdiskusi secara terbuka dengan para bawahan, mendengar keluhan mereka, dsb., atau penemuan langsung yang ditemui di lapangan.

MASALAH PENDELEGASIAN

Dalam pendelegasian, sering kali timbul masalah yang bersumber pada fakta berikut.

1. Tugas yang didelegasikan terlampau banyak, atau terlalu sedikit, yang dalam kenyataannya tidak sesuai dengan kapasitas bawahan.

2. Tidak ada pelatihan bagi tugas, baik pelatihan tugas, atau latihan di dalam tugas ("in-service training").

3. Informasi yang kabur. Yang bersumber dari pemimpin yang "kurang jelas" dalam berkomunikasi dengan para bawahan, atau gengsi dari bawahan, yang walaupun tidak memahami suatu informasi, tetapi malu untuk bertanya.

4. Komando dari atas yang datang dari dua sumber yang berbeda. Ini menciptakan kebingungan bagi dan di antara para bawahan yang dihadapkan dengan pertanyaan, "perintah yang mana yang harus dituruti?"

5. Bawahan tidak mengerti nilai dari tugas yang diinformasikan. Apakah tugas tersebut sangat mendesak karena bernilai primer atau dapat ditunda karena sifatnya yang kurang penting, dsb.

6. Harapan pemimpin yang berlebihan, tanpa mengetahui dengan jelas akan kemampuan para bawahannya dengan pasti.

7. Motivasi dan harapan para bawahan yang bersifat kompleks terhadap pemimpin, tugas, imbalan, situasi/kondisi, dsb.

Setiap pemimpin yang baik perlu memahami serta menerapkan pendelegasian dengan penuh tanggung jawab apabila ia menghendaki keberhasilan dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang baik akan memahami bahwa ia hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia dapat bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain (para bawahan). Untuk mewujudkan kerja sama ini, pemimpin dapat mewujudkannya melalui pendelegasian, dimana pendelegasian dapat dilakukannya berdasarkan patokan yang telah disinggung di depan.

GAYA KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI SUATU GAYA

Mungkin karena keputusasaan dalam mendefinisikan kepemimpinan, para teoritis manajemen telah berusaha menggambarkannya dalam gaya. Dalam menggunakan istilah yang luas seperti itu mereka mencoba menggambarkan bagaimana orang tersebut bertindak, bukan siapakah orang tersebut. Bila ada yang berpikir mengenai sejumlah pemimpin yang Anda kenal secara pribadi, Anda mungkin dapat menyimpulkan sendiri mengenai gaya mereka. "Ia tipe seorang pemain/pelatih", atau "Ia seorang primadona", atau "Ia seorang pemain tunggal". Dengan kata lain, kita cenderung menggolongkan seorang pemimpin berdasarkan cara ia memimpin menurut cara pandang kita mengenai dia. Dengan sendirinya, seseorang mungkin berbeda pendapat dengan orang lain mengenai gaya seorang pemimpin. "Gaya" ternyata merupakan ringkasan dari bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar.

APA SAJA GAYA KEPEMIMPINAN ITU?

Karena gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak dalam konteks organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu. Perhatian utama kita pada saat ini adalah bagi mereka yang sudah berada dalam posisi kepemimpinan, ketimbang mereka yang masih berpikir-pikir mengenai potensi kecakapan mereka. Kita akan membicarakan lima gaya kepemimpinan: birokratis, permisif (serba membolehkan), laissez-faire (berasal dari bahasa Perancis yang sejatinya menunjuk pada doktrin ekonomi yang menganut paham tanpa campur tangan pemerintah di bidang perniagaan; sementara dalam praktik kepemimpinan, si pemimpin mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk melakukan apa saja yang mereka kehendaki), partisipatif, dan otokratis. Kita akan melihat masing-masing gaya tersebut menurut cara kerja pemimpinnya dalam organisasi.

Birokratis -- Ini adalah satu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-prosedur baku. Pemimpinnya adalah seorang diplomat dan tahu bagaimana memakai sebagian besar peraturan untuk membuat orang-orang melaksanakan tugasnya. Kompromi merupakan suatu jalan hidup karena untuk membuat satu keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering harus mengalah kepada yang lain.

Permisif -- Di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan demikian, pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam gaya ini.

Laissez-faire -- Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya melaksanakan fungsi pemeliharaan saja. Misalnya, seorang pendeta mungkin hanya namanya saja ketua dari organisasi tersebut dan hanya menangani urusan khotbah, sementara yang lainnya mengerjakan segala pernik mengenai bagaimana organisasi tersebut harus beroperasi. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin yang sering bepergian atau yang hanya bertugas sementara.

Partisipatif -- Gaya ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptakan rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama. Masalah yang timbul adalah kemungkinan lambatnya tindakan dalam menangani masa-masa krisis.

Otokratis -- Gaya ini ditandai dengan ketergantungan kepada yang berwenang dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan apa-apa kecuali jika diperintahkan. Gaya ini tidak mendorong adanya pembaruan. Pemimpin menganggap dirinya sangat diperlukan. Keputusan dapat dibuat dengan cepat.

APA ANGGAPAN ORANG TENTANG GAYA-GAYA INI?

Perhatikan bahwa setiap gaya ini sangat tergantung pada pandangan seseorang terhadap orang banyak dan apa yang memotivasi mereka. Karena fungsi dari kepemimpinan ialah memimpin, maka membuat orang- orang ikut sangatlah penting.

Pemimpin yang birokratis percaya bahwa setiap orang dapat setuju dengan cara yang terbaik dalam mengerjakan segala sesuatu dan bahwa ada suatu sistem di luar hubungan antarmanusia yang dapat dipakai sebagai pedoman. Dalam hal ini pedoman tersebut adalah peraturan- peraturan dan tata cara.

Pemimpin yang permisif ingin agar setiap orang (termasuk pemimpin itu sendiri) merasa senang. Stres internal dianggap sebagai suatu hal yang buruk bagi organisasi (dan mungkin tidak Kristiani).

Pemimpin laissez-faire menganggap bahwa organisasinya berjalan sedemikian baiknya sehingga pemimpin tidak perlu turut campur, atau menganggap bahwa organisasi tersebut tidak membutuhkan pusat kepemimpinan.

Pemimpin yang partisipatif biasanya senang memecahkan masalah dan bekerja sama dengan orang lain. Ia menganggap bahwa orang lain pun merasakan hal yang sama, dan karena itu, hasil yang paling besar akan diraih dengan cara bekerja sama dengan mengajak orang lain turut serta dalam mengambil keputusan dan meraih sasaran.

Pemimpin yang otokratis menganggap bahwa orang-orang hanya akan melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka dan/atau ia tahu apa yang terbaik. (Dengan kata lain, ia mungkin tampak sebagai seorang diktator.)

GAYA MANA YANG TERBAIK?

Gaya setiap pemimpin tentunya berbeda-beda. Demikian juga dengan para pengikut! Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa situasi-situasi tertentu menuntut satu gaya kepemimpinan tertentu, sedangkan situasi lainnya menuntut gaya yang lain pula. Pemimpin berbeda satu sama lain. Pada suatu waktu tertentu kebutuhan- kebutuhan kepemimpinan dari suatu organisasi mungkin berbeda dengan waktu lainnya. Karena organisasi-organisasi akan mendapatkan kesulitan bila terus-menerus berganti pimpinan, maka para pemimpinlah yang membutuhkan gaya yang berbeda pada waktu yang berbeda. Gaya yang cocok sangat tergantung pada tugas organisasi, tahapan kehidupan organisasi, dan kebutuhan-kebutuhan pada saat itu. Organisasi-organisasi perlu memperbarui diri mereka sendiri, dan gaya kepemimpinan yang berbeda seringkali dibutuhkan. Apa contoh- contoh yang menunjukkan bagaimana tugas organisasi mempengaruhi gaya kepemimpinan? Dinas pemadam kebakaran tidak dapat bekerja tanpa kepemimpinan yang bersifat otokrasi. Ketika tiba waktunya bagi organisasi tersebut untuk bekerja, untuk melaksanakan apa yang telah dirancang akan dilakukan, kepemimpinan otokrasi merupakan satu keharusan. Tidak ada waktu untuk duduk dan membahas bagaimana memadamkan api tersebut. Seorang yang terlatih harus memutuskan bagi kelompok itu, dan kelompok itu harus mematuhi keputusan tersebut. Pada waktu kemudian, mungkin ada diskusi yang lebih bebas mengenai cara mana yang terbaik dipakai di saat lain. Di pihak lain, suatu kelompok medis mungkin paling baik dijalankan dengan gaya serba membolehkan. Gaya otokrasi malahan mungkin juga dibutuhkan dalam organisasi Kristen! Dalam masa-masa krisis, seperti pengungsian personil misi, atau perlunya mengurangi biaya secara radikal.

SENI MANAJEMEN BAGI PEMIMPIN KRISTEN

Seringkali seorang pemimpin harus bertindak secara sepihak. Organisasi-organisasi harus melewati tahap-tahap yang berbeda dalam hidup mereka. Selama periode-periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, kepemimpinan otokrasi mungkin akan bekerja dengan baik. Misalnya, pendiri suatu organisasi Kristen yang baru, atau pendeta pendiri dari satu gereja, sering merupakan tokoh kharismatik yang mengetahui secara intuitif apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Karena itu adalah visinya, maka ialah yang paling sanggup untuk menanamkannya kepada orang lain tanpa diskusi. Tetapi selama periode pertumbuhan yang lambat atau konsolidasi, organisasi tersebut perlu menyediakan waktu lebih untuk merenung dan berusaha agar lebih berdaya guna. Kepemimpinan dengan gaya partisipatif dibutuhkan dalam suatu bisnis yang secara berkala memerlukan pertimbangan.

MENCOCOKKAN GAYA KE DALAM ORGANISASI

Idealnya, seorang pemimpin harus memiliki berbagai macam gaya. Ia harus siap menghadapi segala keadaan, berpindah dari musim panas yang serba membolehkan kepada musim dingin yang banyak tuntutannya.

Memandang hal ini dari sisi organisasi, maka organisasi harus mengadaptasi suatu strategi untuk efektivitas, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan 'produknya'. Sebagian besar organisasi sukarela dan nirlaba didirikan berdasarkan asumsi adanya persamaan visi dan sasaran. Mereka memiliki strategi mencari keberhasilan (untuk mencapai sasaran mereka). Ketika organisasi tersebut masih baru, pendirinya dapat mengandalkan kekuatan visinya untuk menarik orang-orang lain yang mempunyai sasaran yang sama. Namun, pada waktu organisasi itu berhasil, maka cara-cara lain untuk mempertahankan persamaan visi akan diperlukan. Bila gaya kepemimpinan tidak disesuaikan sehingga mencakup penyamaan sasaran dengan peran serta penuh, sering organisasi tersebut akan mengadaptasi strategi menghindari kegagalan. Ketika organisasi mencapai ukuran di mana gaya yang bersifat otokratis tidak akan lagi berfungsi bila pemimpin tidak dapat berpindah ke gaya yang partisipatif, maka ia sering dipaksa (mungkin tanpa disadari) untuk mengambil gaya laissez-faire. Sementara itu kepemimpinan lapis kedua (yang sekarang terpaksa menjalankan organisasi) kemungkinan besar akan memakai gaya birokratis.

DI MANAKAH ANDA?

Apakah gaya kepemimpinan Anda? Membaca beberapa tulisan mengenai manajemen secara sepintas lalu mungkin sudah akan menolong Anda untuk menemukan hal itu. Mudah-mudahan Anda akan menemukan bahwa Anda telah mempraktikkan gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda pada waktu yang berbeda. Apakah Anda mempunyai bukti bahwa Anda sanggup mengubah gaya Anda pada waktu dibutuhkan? Atau, sementara Anda memikirkan mengenai keputusan-keputusan yang telah Anda ambil selama enam bulan ini, apakah Anda menemukan bahwa keputusan-keputusan tersebut selalu dibuat dengan cara yang sama (oleh Anda, orang lain, bersama-sama, atau melalui birokrasi)?

DI MANA ORGANISASI ANDA?

Jenis kepemimpinan apa yang dibutuhkan oleh organisasi Anda sekarang ini? Apa tugas-tugasnya? Dalam tahap pertumbuhan organisasi yang seperti apa Anda sekarang ini? Apakah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pada saat ini? Analisislah hal ini dengan pertolongan dewan pengurus, tim kepemimpinan, anggota-anggota Anda, dan lain- lain. Apakah gaya kepemimpinan yang berbeda dibutuhkan dalam bidang kehidupan organisasi yang berbeda?

KE MANA ANDA PERGI DARI SINI?

Periksalah kembali kalender pertemuan Anda selama dua minggu terakhir ini. Apakah yang terjadi dalam rapat-rapat itu? Apakah Anda pergi ke rapat hanya untuk mengumumkan keputusan Anda sendiri (gaya otokratis)? Apakah Anda pergi ke rapat dengan harapan dapat bekerja sama dengan kelompok tersebut untuk mencapai suatu keputusan (gaya partisipatif)? Apakah Anda berharap untuk duduk bersandar membiarkan orang lain mengurus masalah yang sedang dihadapi (gaya permisif). Atau, apakah Anda pergi dengan tekad memakai prosedur baku untuk memastikan bahwa kapal tersebut tetap tenang tanpa masalah (gaya birokratis)? Mungkin Anda sama sekali tidak pergi (laissez-faire)!

Bila Anda menemukan bahwa Anda menangani setiap pertemuan dengan cara yang sama, Anda mungkin terkunci pada satu gaya dan dengan sadar harus mempertimbangkan untuk mulai berusaha menyesuaikan gaya Anda sebagai fungsi situasi yang sedang Anda hadapi. Dengan memutuskan gaya yang akan Anda pakai sebelum rapat, Anda akan memperoleh kesempatan untuk mengamati respon peserta-peserta rapat yang lain.

Bila selama ini Anda membatasi diri Anda pada satu gaya saja, perubahan yang tiba-tiba sering akan membingungkan orang lain. Mungkin Anda perlu menguraikan dengan sangat jelas peraturan- peraturan dasar mengenai bagaimana Anda mengantisipasi berlangsungnya proses pengambilan keputusan tersebut.

Kiat Sukses: Tidak Mengenal Kata Terlambat

Lima belas tahun yang lalu, Morjorie Newlin yang ketika itu berusia
72 sedang berbelanja di supermarket. Karena ada obral, dia membeli
sekitar 25 kilo makanan kucing untuk peliharaannya. Sebagai janda
yang berusaha untuk hidup mandiri, dia merasa kesal karena kepayahan
mengangkat belanjaannya dan dia memutuskan untuk ikut bergabung di
klub fitness di dekat rumahnya di Mt Airy, Philadelphia USA.

Richard Brown, pelatih di tempat fitness Rivers Gym sempat geli
melihat nenek yang sudah punya 4 cucu dan 2 cicit ini mulai mengikuti
latihan. Namun nenek tua ini rajin berlatih hari demi hari, minggu
demi minggu sampai setahun kemudian berhasil mengangkat beban sekitar
50 kilo dan tubuhnya memiliki bentuk seperti layaknya orang yang
berlatih bodybuilding.

Mulai berprestasi di usia yang sudah lanjut.
Karena dapat dorongan dari si pelatih fitness, akhirnya nenek
Morjorie bersedia ikut lomba bodybuilding Amateur Athletic Union yang
terbuka untuk umum. Sebagai seorang Katholik sebetulnya dia merasa
risih karena harus memakai bikini selayaknya atlit binaragawan ketika
sedang berlomba. Namun singkat cerita dia ikut di lomba itu dan
berhasil menjadi juara untuk kategori diatas 45 tahun. Penonton
histeris ketika diumumkan bahwa pemenangnya sudah berusia 74 tahun.

Itulah awalnya sampai Morjorie kemudian mengikuti banyak perlombaan
yang membawanya sampai ke Itali, Jerman, dan Perancis. Sampai tahun
lalu dia telah mengoleksi 40 piala dan banyak piagam-piagam
penghargaan yang mengisi satu kamar penuh di rumahnya. Prestasi yang
memberi inspirasi ini bahkan telah membawa dia muncul di acara TV
Oprah Winfrey Show, Today's Show dan juga membawa Morjorie menjadi
pembicara moitivasi di seminar-seminar.

Morjorie yang seorang pensiunan perawat ini telah menunjukkan bahwa
ketekunan menghasilkan prestasi. Lebih dari itu dia telah memberi
contoh bahwa umur bukanlah penghalang untuk berprestasi.

Tidak menyerah sekalipun mengidap penyakit yang berat.
Tahun lalu nenek Morjorie tidak lagi ikut pertandingan namun tetap
berlatih 3 kali seminggu sampai pertengahan tahun lalu ketika dia
merayakan ulang tahunnya yang ke-87 di Bally Total Fitness,
Cedarbrook. Morjorie yang sebetulnya mengidap penyakit Leukumia ini,
berhenti berlatih di bulan Oktober lalu ketika penyakitnya sudah
semakin parah.

Saya tertarik tentang kisah hidup nenek Morjorie dan ingin
menuliskannya dalam sebuah artikel. Hari ini ketika saya ingin
mengupdate tentang Nenek Morjorie, saya terkejut mengetahui bahwa
akhir minggu yang lalu, nenek Morjorie telah wafat. Memang Nenek
Morjorie telah tiada, namun wanita sederhana ini telah memberi
inspirasi kepada banyak orang dengan apa yang diperbuatnya di usianya
yang lanjut.

Mendengar tentang Nenek Morjorie mengingatkan kita tentang Kaleb (Yos
14:10). Di usianya yang ke-80, dia meng-klaim janji Tuhan melalui
Musa mengenai tanah perjanjian yang menjadi bagiannya. Dan bersama
kaumnya dia menaklukkan raksasa-raksasa yang berkuasa di Hebron dan
menjadikan Hebron tanah warisannya.

Tidak menyerah sebelum mencapai garis akhir.
Banyak dianatara kita mungkin putus asa dengan kegagalan yang kita
alami setelah berkarir selama 20 tahun atau 30 tahun mungkin. Tapi
kesaksian Yosua dan nenek Morjorie di atas memberi inspirasi bahwa
sebelum kita menghadap Tuhan Yesus, masih ada kesempatan bagi kita
untuk melakukan seusatu yang berarti dengan hidup kita.

Seperti kata Rasul Paulus,
.. aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku, (Fil 3:13b)

lalu mengarahkan diri untuk mengejar suatu prestasi dalam hidup ini,
... dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu
panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Fil 4:14)

Tidak pernah menyerah. Terus berprestasi. Berlari sampai garis Finish.

Doa damai

Tuhan jadikanlah aku pembawa damai ;

bila terjadi kebencian
jadikanlah aku pembawa cinta kasih
bila terjadi penghinaan
jadikanlah aku pembawa pengampunan
bila terjadi perselisihan
jadikanlah aku pembawa kerukunan
bila terjadi kebimbangan
jadikanlah aku pembawa kepastian
bila terjadi kesesatan
jadikanlah aku pembawa kebenaran
bila terjadi kecemasan
jadikanlah aku pembawa harapan
bila terjadi kesedihan
jadikanlahaku sumber kegembiraan
bila terjadi kegelapan
jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan,
semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada dicintai
sebab dengan memberi aku menerima
dan dengan mengampuni aku diampuni
amin