ANAK PADANG GURUN

Pada waktu bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan yang dijanjikan Allah. Tuhan membuat bangsa yang bebal itu berputar-putar di padang gurun supaya iman mereka semakin dimurnikan.Tapi pada akhirnya hampir sebagian besar gagal dan hanya anak-anak yang lahir dipadang gurunlah yang akhirnya menikmati negeri perjanjian yang dijanjikan oleh Allah selama ini.

Mengapa harus anak-anak yang lahir di padang gurun?
Mereka adalah generasi yang tak pernah menikmati kehidupan tanah Mesir (Mesir menggambarkan dunia). Bisa jadi orang tua mereka banyak bercerita tentang negri itu. Anak-anak itu hanya dapat membayangkan tapi tidak tahu keadaan negri itu. Sejak lahir mereka sudah terbiasa dengan kehidupan nomaden dipadang gurun yang tandus.
Sejauh mata memandang cuma pasir, pohon kaktus. Mungkin sesekali mereka bertemu dengan oase, atau berkali-kali melihat fatamorgana, dan mereka juga sudah terbiasa hidup mengandalkan Tuhan.
Bayangkan saja, mulai dari soal makanan, minuman sampai peperangan yang dihadapi, mereka sudah terbiasa melihat otoritas Ilahi dalam diri Musa, sang pemimpin.
Jadi yang mereka tahu Cuma satu : semua karena Tuhan! Itulah anak-anak “Padang Gurun”
Secara tidak langsung mereka mengalami didikan ilahi yang cukup kuat dari Allah. Disaat anak-anak lain bermain-main dan bermanja-manja dengan orang tua mereka dengan berbagai mainan yang bagus, anak-anak “padang gurun” harus belajar taat pada otoritas.
Bayangkan, diusia anak-anak mereka sudah pandai membantu orang tuanya bongkar pasang tenda. Mereka sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki dipadang gurun yang tandus.

Tapi Tuhan tidak pernah main-main dengan umat pilihanNya. Orang-orang yang akan menikmati janji besar bukanlah orang sembarangan tapi orang orang yang harus memiliki kualitas hidup yang tinggi dihadapan Allah dan manusia, dan Allah tidak pernah menetapkan kualitas yang “biasa” dengan orang-orang pilihanNya.
Kalau dunia saja menetapkan standar tinggi untuk orang-orang pilihan, apalagi Allah.
Sudah waktunya bagi anak-anak Tuhan untuk meningkatkan diri, bukan hanya hal-hal duniawi saja, tapi juga kerohanian.

Kita harus terus maju ketingkat yang lebih tinggi lagi. Apapun yang kita hadapi dan kerjakan saat ini, kita harus yakin kalau itu adalah salah satu tahapan dan langkah kecil untuk mencapai rencana Ilahi dalam hidup kita. Bukan hanya kita saja yang mengalami proses ini, tapi semua orang! .Contoh : Sebelum menjadi raja, Daud hanya seorang penggembala domba milik ayahnya, dia memulai karirnya saat menyanggupi permintaan Saul untuk mengalahkan Goliat. Kemudian menjadi seorang pemain kecapi di istana , selanjutnya dipercayakan menjadi kepala pasukan perang, Daud tetep mengabdi sebagai bawahan Saul sampai Allah sendiri yang mengangkat dia menjadi raja Israel(dari garis keturunan Daudlah, Mesias, sang juruslamat lahir). Karakter dan kepribadiannya terbentuk sempurna lewat hubungan dekatnya dengan Allah. Manusia tidak pernah memperhitungkan dia menjadi raja Israel, tapi Allah melihat kesempurnaan pribadi Daud.

Belajarlah seperti anak-anak Israel yang sudah mandiri, bergantung pada Tuhan, selalu berserah pada kehendak Tuhan, kemana Tuhan akan membawa mereka dan terus percaya akan kemahakuasaan Allah dalam hidup mereka.

Cara agar kita tetap bisa menjaga kualitas hidup yang benar dihadapan Tuhan :
Kita harus terus memberi diri untuk bertumbuh ,kita harus memiliki iman , berusaha untuk hidup stabil dihadapan Tuhan (mulailah dengan stabil membaca Firman Tuhan ,stabil berdoa) dan berhubungan intim dengan Tuhan , dan terlebih lagi hiduplah didalam kebenaran dan jangan kompromi dengan dosa.

Tidak ada komentar: